APAKAH ADA HUBUNGAN ANTARA KEKURANGAN OMEGA 3 DENGAN KEJADIAN AUTISM DAN ADHD DALAM KEHAMILAN
Autisme dan ADHD (Attention Deficit and/Hyperactivity Disorder) adalah masalah kesehatan yang semakin banyak pada dekade belakangan ini, dimana perbandingan ADHD dan autism adalah 5:1. Seorang anak yang menderita ADHD atau autisme akan mengalami kesulitan belajar dan berkurang kualitas hidupnya. Umumnya anak-anak yang mengalami autisme dan ADHD memiliki masalah pada saat didalam kandungan. Kondisi autisme dideskripsikan pertama kali oleh Kanner di Baltimore tahun 1943 dan Asperger di Vienna tahun 1944. Autisme adalah suatu kondisi gangguan perkembangan pada manusia dengan pola stereotype perilaku dan gangguan dalam berkomunikasi serta interaksi sosial. Mungkin dapat berupa lebih jarang menangis dan terlihat berbeda dengan anak – anak disekitarnya. Anak yang mengalami ADHD memiliki karakteristik sulit berkonsentrasi pada pekerjaan, tetap duduk, dan menahan keinginan untuk bermain. Anak laki–laki lebih sering mengalami ADHD daripada anak wanita dengan perbandingan 2: 1, hal ini dikarenakan pada anak laki-laki lebih banyak terjadi kekurangan / gangguan pada metabolism asam lemak tak jenuh esensial secara molekuler dibandingkan anak perempuan. Biasanya pada anak laki-laki memiliki masalah dalam belajar untuk menulis dan membaca sedangkan pada anak wanita dengan ADHD cenderung memiliki masalah dalam hal angka dan aritmatika.
Penyebabnya tidak diketahui dan multifaktorial :
1. Gangguan di otak (amigdala, prefrontal, hipocampus, cerebelum)
2. Hamil trimester 1 (infeksi, obat-obatan, penyakit ibu, perdarahan)
3. Saat persalinan (lama mengedan, menggunakan vakum/forceps, lilitan tali pusat, prematur, perdarahan)
4. Setelah lahir ( kejang, epilepsi, trauma, pengasuhan kurang atau berlebih).
Dari studi dikatakan bahwa 55% diagnosis autism disumbangkan dari faktor lingkungan seperti usia orangtua, berat badan lahir rendah, kelahiran ganda infeksi ibu selama kehamilan, sedangkan faktor genetik hanya menyumbangkan sekitar 37% penyebab autism.
Dikatakan bahwa kekurangan asam lemak tak jenuh esensial menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya autism dan ADHD. Asam lemak tak jenuh esensial tidak dibuat oleh tubuh melainkan harus ditambahkan dalam diet sehari hari dari luar. Yang termasuk didalamnnya adalah asam lemak omega 3 dan omega 6. Perbandingan omega 6 : omega 3 seharusnya sekitar 2 atau 3 : 1, tetapi seringkali dalam diet perbandingannnya menjadi tidak baik yaitu 10 atau 20 : 1. Sehingga kebutuhan omega 3 menjadi semakin kecil. Makanan yang mengandung omega 3 diantaranya adalah minyak zaitun, buah kenari, telur ayam, ikan cod, halibut, makarel, sarden, hering, trout dan salmon. Makanan yang mengandung omega 6 adalah padi-padian, makanan jadi, daging, susu, telur, minyak jagung dan kacang-kacangan. Bagaimana dengan yang vegetarian tetap bisa mengkonsumsi omega 3 dari minyak biji rami, ganggang atau rumput laut, akan tetapi tidak sebaik dari minyak ikan. Tetapi bagaimanapun harus kita berhati-hati mengkonsumsi minyak ikan yang tercemar dengan timbale (Pb), mercury, hormon, dioxin, dan logam berat. Karena itu minyak ikan yang dimakan seharusnya sudah dimurnikan dengan destilasi molekuler.
Omega 3 sangat dibutuhkan oleh wanita hamil dan janin sejak dalam kandungan karena perkembangan anatomi syaraf berlangsung dari sejak masa konsepsi hingga maturitas dalam masa kehamilan. Perkembangan sel syaraf sudah terjadi sejak embrio dalam 3 minggu pertama kehamilan. Yang mengendalikan proses tersebut adalah gen dari tiap organisme. Dimana sel ini berproliferasi secara cepat dalam satu minggu (250.000 kali permenit, menurut Cowan) dan akhirnya menjadi sel otak (korteks serebri). Setelah bayi lahir otak terus tumbuh secara dramatis, dari berat rata-rata 375 hingga 400 gram saat lahir (40 minggu), otak mencapai 1000gram pada akhir tahun postnatal. Pada periode anak-anak dan pubertas sampai dewasa pertumbuhan otak tetap terjadi tapi dalam kecepatan yang lebih lambat, hingga usia 12 – 15 tahun, dengan rata-rata pertambahan berat otak wanita dewasa 1.230 – 1.275 gram dan pria 1.350 – 1.410 gram.
Kenapa Asam Lemak Tak Jenuh Esensial(Poly Unsaturated Fatty Acid) sangat penting karena merupakan komponen dasar membran fosfolipid dan memodulasi aktivitas enzim dan yang mengatur fungsi didalam sel tubuh. Asam lemak tak jenuh Omega-3 terdiri dari Alpha linoleat, eicosapentanoat, decosahexanoat. Asam lemak ini memiliki fungsi penting pada sistem syaraf pusat. Omega 3 sebaiknya harus diberikan pada anak satu kali perhari, sedangkan untuk ibu hamil dan menyusui sebaiknya 200 mg/ hari (menurut FDA). Efek samping pemakaian omega 3 cukup ringan seperti mual, bersendawa, dan diare. Pada kasus-kasus yang sering terjadi penurunan kandungan asam lemak esensial seperti perokok, menggunakan kontrasepsi hormonal kehamilan, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, kanker , Alzheimer, dan skizoprenia, dll. Karena itu pada keadaan ini dibutuhkan dalam diet pemberian asam lemak tak jenuh esensial.
Banyak kegunaan omega 3 secara umum yaitu mengurangi kejadian depresi dan maniak, meningkatkan fungsi kognitif (kecerdasan dan memori), mencegah penyakit Alzheimer, dan mengurangi nyeri haid. Kegunaan omega 3 pada kehamilan membantu pembentukan pembuluh darah yang normal sehingga mencegah pertumbuhan janin terhambat dan risiko keracunan kehamilan (darah tinggi dalam kehamilan), menunda persalinan prematur. Bagaimana setelah melahirkan ternyata air susu ibu itu mengandung kandungan omega 3 yang cukup tinggi, dimana dapat membentuk sekitar 50% struktur lemak dari retina. Jika kekurangan maka bayi akan terjadi gangguan pertumbuhan otak dan mata, adapun fungsi lainnya adalah mencegah terjadinya depresi pasca melahirkan.
Pada anak yang autism dan ADHD dikatakan kandungan omega 3 lebih rendah dibandingkan anak yang normal. Omega 3 juga mempunyai kandungan sebagai anti radang dan anti pembekuan darah dan dapat meningkatkan daya tahan imunitas tubuh.
Karena itu konsumsi omega 3 dan menjaga pola makan yang sehat ( empat sehat lima sempurna) sangat diperlukan pada ibu hamil karena ibu hamil dengan kondisi tubuh yang sehat akan melahirkan bayi dengan sehat, cerdas dan kuat. Sehingga dapat diperoleh generasi baru yang berkualit
Kamis, 03 November 2011
Senin, 31 Oktober 2011
Pruritic urticarial papules and plaques in pregnancy
Badan Gatal-gatal saat Hamil?
Seorang ibu sedang mengandung anak pertama memasuki usia tujuh bulan. Namun merasakan gatal-gatal di sekitar area belakang lutut, selangkangan, perut, sedikit di area payudara dan pundak dalam dekat area ketiak yang agak menyebar dan permukaannya agak sedikit menonjol. Dia bertanya Apa sih sebenarnya gatal-gatal ini ? Apakah normal dan aman bagi janin saya?
Jika anda sama mengalami hal tersebut diatas kemungkinan menderita suatu PUPP. Apa itu PUPP (Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy) kadang disebut juga sebagai PEP (Polymorphic Eruption of Pregnancy) adalah suatu dermatosis (kelainan kulit) yang spesifik yang paling sering terjadi pada kehamilan berupa gatal-gatal, dimana timbulnya rasa gatal yang sangat hebat pada daerah sekitar perut atau pusar, bawah payudara, paha, pantat, selangkangan atau area yang rawan stretch marks (rawan peregangan) atau dalam medis dikenal dengan istilah Pruritic atau Pruritus. Sedangkan Urticarial adalah terjadinya pembengkakan kulit setempat dan akut, timbul secara tiba-tiba namun hilang secara perlahan-lahan. Sedangkan Papules dan Plaques adalah seperti ada gambaran (plak) yang menonjol dapat dilihat dari kulit yang rata tiba-tiba ia menonjol dengan diameter kurang dari setengah sentimeter dan berisi zat padat (agak keras) dengan isi jaringan yang mengalami penonjolan. Isi jaringan bukanlah darah atau nanah.
Angka kejadian PUPP ini sekitar 1: 160 kehamilan dan biasanya terjadi pada kehamilan di atas tujuh bulan(trimester III kehamilan), karena perut ibu semakin besar sehingga terjadinya peregangan pada kulit. Walau gatal, namun sebaiknya jangan menggaruknya. Karena jika digaruk akan menimbulkan suatu lecet yang dapat mengakibatkan pengelupasan kulit dan terjadi infeksi sekunder dan ketika sembuh dapat menimbulkan suatu bekas. Penyebab PUPP sendiri tidak diketahui hingga saat ini dan BuMil yang mengalami hal ini jangan khawatir karena tidak membahayakan janin juga si Ibu. PUPP akan hilang secara berangsur-angsur dengan sendirinya akan hilang setelah BuMil selesai melahirkan.
Hingga saat ini penyebab PUPP belum diketahui. Bukan karena faktor makanan, imunologi dan juga hormon tetapi diduga karena adanya peregangan pada striae yang telah mengalami kerusakan jaringan ikat dan mencetuskan respon peradangan pada daerah tersebut. Serta tidak semua BuMil bisa mengalami PUPP ini, hanya diduga 73 persen PUPP terjadi pada wanita yang baru hamil pada pertama kalinya. Namun, Bumil tak perlu terlalu khawatir karena tidak akan berulang pada kehamilan yang kedua dan seterusnya. Jika PUPP terjadi sebaiknya diberikan emolien /pelembab pada area yang terkena. Namun jika tidak menunjukkan perbaikan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan untuk diberikan obat antiinflamasi/kortikosteroid. Pada kondisi kulit tertentu yang peregangannya sedikit lebih parah selain akan menimbulkan merah pada kulit, juga dapat mengakibatkan kulit menghitam.
PUPP tidak berbahaya bagi BuMil dan janin yang dikandungnya. Tidak menimbulkan kematian bayi dan tidak menimbulkan gangguan pertumbuhan berat badan bayi. Jadi, Bumil tak perlu khawatir karena PUPP bersifat jinak.
PUPP Biasanya Terjadi Pada:
• BuMil yang baru hamil pertama kali.
• BuMil dengan bayi yang sangat besar.
• Peningkatan berat badan ibu atau bayi yang berlebihan.
• BuMil yang mempunyai bayi kembar.
Media file 1: Courtesy of Jeffrey P. Callen, MD of Louisville, Kentucky
Beda Tapi Tak Sama
Walau jinak dan tak dapat dihindari sebelumnya, ada juga yang mirip dengan PUPP, seperti Herpes dan Pemfigoid gestasional. Keduanya pada kehamilan juga hampir mirip gejalanya dengan PUPP berupa merah dan bintik-bintik disertai rasa gatal. Untuk membedakan apakah Herpes, Pemfigoid, atau PUPP, Bumil harus memeriksakan diri ke dokter kandungan dengan cara biopsi kulit, atau untuk pemeriksaan virus dapat dilakukan pemeriksaan dalam darah atau dapat juga dilakukan DIF atau Direct Immunofluorescence (teknik yang digunakan pada pencahayaan mikroskop dengan menggunakan mikroskop fluoresensi terutama digunakan pada sample biologi) . Pada PUPP DIF menunjukkan hasil yang negatif/normal.
dr. Arie A. PoLim, SpOG-KFER, D.MAS.
Spesialis Kebidanan & Kandungan
(Konsultan Fertilitas Endokrin Reproduksi)
Praktek :
RSIA Family; RS Royal Taruma; FK/RS Atmajaya
Seorang ibu sedang mengandung anak pertama memasuki usia tujuh bulan. Namun merasakan gatal-gatal di sekitar area belakang lutut, selangkangan, perut, sedikit di area payudara dan pundak dalam dekat area ketiak yang agak menyebar dan permukaannya agak sedikit menonjol. Dia bertanya Apa sih sebenarnya gatal-gatal ini ? Apakah normal dan aman bagi janin saya?
Jika anda sama mengalami hal tersebut diatas kemungkinan menderita suatu PUPP. Apa itu PUPP (Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy) kadang disebut juga sebagai PEP (Polymorphic Eruption of Pregnancy) adalah suatu dermatosis (kelainan kulit) yang spesifik yang paling sering terjadi pada kehamilan berupa gatal-gatal, dimana timbulnya rasa gatal yang sangat hebat pada daerah sekitar perut atau pusar, bawah payudara, paha, pantat, selangkangan atau area yang rawan stretch marks (rawan peregangan) atau dalam medis dikenal dengan istilah Pruritic atau Pruritus. Sedangkan Urticarial adalah terjadinya pembengkakan kulit setempat dan akut, timbul secara tiba-tiba namun hilang secara perlahan-lahan. Sedangkan Papules dan Plaques adalah seperti ada gambaran (plak) yang menonjol dapat dilihat dari kulit yang rata tiba-tiba ia menonjol dengan diameter kurang dari setengah sentimeter dan berisi zat padat (agak keras) dengan isi jaringan yang mengalami penonjolan. Isi jaringan bukanlah darah atau nanah.
Angka kejadian PUPP ini sekitar 1: 160 kehamilan dan biasanya terjadi pada kehamilan di atas tujuh bulan(trimester III kehamilan), karena perut ibu semakin besar sehingga terjadinya peregangan pada kulit. Walau gatal, namun sebaiknya jangan menggaruknya. Karena jika digaruk akan menimbulkan suatu lecet yang dapat mengakibatkan pengelupasan kulit dan terjadi infeksi sekunder dan ketika sembuh dapat menimbulkan suatu bekas. Penyebab PUPP sendiri tidak diketahui hingga saat ini dan BuMil yang mengalami hal ini jangan khawatir karena tidak membahayakan janin juga si Ibu. PUPP akan hilang secara berangsur-angsur dengan sendirinya akan hilang setelah BuMil selesai melahirkan.
Hingga saat ini penyebab PUPP belum diketahui. Bukan karena faktor makanan, imunologi dan juga hormon tetapi diduga karena adanya peregangan pada striae yang telah mengalami kerusakan jaringan ikat dan mencetuskan respon peradangan pada daerah tersebut. Serta tidak semua BuMil bisa mengalami PUPP ini, hanya diduga 73 persen PUPP terjadi pada wanita yang baru hamil pada pertama kalinya. Namun, Bumil tak perlu terlalu khawatir karena tidak akan berulang pada kehamilan yang kedua dan seterusnya. Jika PUPP terjadi sebaiknya diberikan emolien /pelembab pada area yang terkena. Namun jika tidak menunjukkan perbaikan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan untuk diberikan obat antiinflamasi/kortikosteroid. Pada kondisi kulit tertentu yang peregangannya sedikit lebih parah selain akan menimbulkan merah pada kulit, juga dapat mengakibatkan kulit menghitam.
PUPP tidak berbahaya bagi BuMil dan janin yang dikandungnya. Tidak menimbulkan kematian bayi dan tidak menimbulkan gangguan pertumbuhan berat badan bayi. Jadi, Bumil tak perlu khawatir karena PUPP bersifat jinak.
PUPP Biasanya Terjadi Pada:
• BuMil yang baru hamil pertama kali.
• BuMil dengan bayi yang sangat besar.
• Peningkatan berat badan ibu atau bayi yang berlebihan.
• BuMil yang mempunyai bayi kembar.
Media file 1: Courtesy of Jeffrey P. Callen, MD of Louisville, Kentucky
Beda Tapi Tak Sama
Walau jinak dan tak dapat dihindari sebelumnya, ada juga yang mirip dengan PUPP, seperti Herpes dan Pemfigoid gestasional. Keduanya pada kehamilan juga hampir mirip gejalanya dengan PUPP berupa merah dan bintik-bintik disertai rasa gatal. Untuk membedakan apakah Herpes, Pemfigoid, atau PUPP, Bumil harus memeriksakan diri ke dokter kandungan dengan cara biopsi kulit, atau untuk pemeriksaan virus dapat dilakukan pemeriksaan dalam darah atau dapat juga dilakukan DIF atau Direct Immunofluorescence (teknik yang digunakan pada pencahayaan mikroskop dengan menggunakan mikroskop fluoresensi terutama digunakan pada sample biologi) . Pada PUPP DIF menunjukkan hasil yang negatif/normal.
dr. Arie A. PoLim, SpOG-KFER, D.MAS.
Spesialis Kebidanan & Kandungan
(Konsultan Fertilitas Endokrin Reproduksi)
Praktek :
RSIA Family; RS Royal Taruma; FK/RS Atmajaya
Langganan:
Postingan (Atom)