Senin, 11 Oktober 2010

KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DEWASA


Adaanya perubahan paradigma didalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas atau keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan dan hak reproduksi manusia khususnya wanita dimana wanita dipandang sebagai subyek. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yg sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial secara utuh dan tidak semata mata hanya bebas dari penyakit dan kelemahan dalam semua aspek yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistim reproduksi.
Setiap wanita mempunyai hak-hak reproduksi yang harus dihormati yaitu : hak kehidupan seksual yang aman, hak kemampuan bereproduksi dan bebas memutuskan kapan dan bagaimana harus dilakukan, hak pilihan didalam mengatur kesuburan dengan tidak melawan hukum, hak mendapatkan informasi tentang keamanan, efektifitas, kemampuan dan penerimaan metode KB bagi suami –isteri, hak menerima pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai sehingga wanita dapat aman untuk hamil dan melahirkan anak serta mendapat kesempatan yang baik untuk membuat bayi sehat. Ada banyak cakupan yang terdapat didalam kesehatan reproduksi diantaranya : masalah keluarga berencana (KB), masalah safe motherhood, masalah perawatan bayi baru lahir, masalah pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran (abortus), masalah penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/ AIDS, masalah pencegahan dan penanganan subfertilitas, masalah kesehatan reproduksi remaja , dan masalah kesehatan lanjut usia (lansia).
Diantara cakupan tersebut yang banyak dibicarakan dikalangan remaja dan dewasa muda adalah masalah penyakit menular seksual (PMS) atau sekarang lebih dikenal dengan infeksi menular seksual(IMS) dan bagaimana menjaga organ reproduksi yang aman. Sebanyak 60% dari infeksi menular seksual ini terjadi pada usia < 25 tahun dan 30% terjadi pada usia < 20 tahun. Antara usia 14-19 tahun lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki (2:1). Infeksi menular seksual adalah infeksi pada alat kelamin/genetalia yang penularan utamanya terjadi melalui hubungan seksual baik melaui vagina, oral, dan anal. Beberapa IMS ini juga dapat ditularkan melalui jarum suntik bersama dari orang yang terinfeksi, bayi yang dilahirkan, maupun pada saat menyusui. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri (chancroid, Chlamydia, Gonorhoe, syphilis, granuloma inguinale), virus (HIV, HPV, virus hepatitis B, herpes simplex, molluscum contagiosum), jamur (tinea cruris, candidiasis), parasit (scabies), ataupun protozoa (trikomoniasis). IMS ini dapat ditularkan melalui membran mukus penis, vulva, rektum, saluran urin, mulut, tenggorokan, saluran pernapasan dan mata, juga infeksi dapat ditularkan lewat tinja (feces), urin, dan keringat. Banyak infeksi yang mudah ditularkan dari mulut ke genital atau dari genital kemulut dan menjadi lebih berat lagi dtularkan dari mulut ke mulut. Pada HIV cairan dari genital lebih banyak ditularkan oleh pathogen daripada melalui air liur (saliva). Beberapa infeksi menular seksual yang ditularkan lewat kontak kulit langsung adalah seperti herpes simplex dan HPV (human papiloma virus) virus penyebab kanker servix. Pada HIV dapat ditularkan dari ibu kepada bayi yang dikandungnya pada saat kehamilan, persalinan , dan pada saat menyusui.
Adapun gejala dari IMS pada wanita adalah keluarnya cairan (vaginal discharge) yang tidak normal disertai bau, rasa panas dan gatal, luka (ulkus) pada alat kelamin bagian luar, rasa sakit pada saat berhubungan seksual atau rasa sakit pada perut bagian bawah yang tidak biasanya terjadi serta adanya pembengkakan kelenjar dan adanya daging tumbuh pada alat kelamin bagian luar. Sedangkan gejalanya pada laki-laki adalah rasa sakit/panas saat buang air kecil dan terdapat cairan berupa nanah atau bahkan luka di saluran kencing ,adanya pembengkakan pada buah zakar, adanya pembengkakan kelenjar pada selangkangan paha, timbulnya luka lecet, borok, bintik-bintik atau benjolan pada kemaluan. Penyakit menular seksual ini jika tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi seperti peradangan panggul yang menahun/ kronis, terjadinya kemandulan baik bagi pria karena gangguan transport sperma dan pada wanita karena tersumbatnya saluran telur akibat peradangan, gangguan kehamilan (hamil diluar kandungan), kematian janin, cacat bawaan, risiko terjadinya keganasan ( kanker leher rahim) karena terjadinya infeksi oleh virus human papiloma (HPV), serta memudahkan terjadinya penularan infeksi HIV karena terdapatnya luka atau peradangan pada alat kelamin.
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual ini yaitu mereka yang berganti-ganti pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, mereka yang setia dengan hanya satu pasangan tetapi pasangannya memiliki lebih dari satu pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, anak dari ibu yang terkena IMS baik pada saat dalam kandungan, saat melahirkan ataupun pada saat menyusui. Ada macam-macam PMS dintaranya Gonore (GO), sifilis atau raja singa, cancroids, klamidia, kondiloma atau jengger ayam, herpes kelamin, kutu kelamin, trikomonas, hepatitis B/C, dan HIV/AIDS. Adapun faktor - faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran dari PMS ini karena adanya perubahan demografi ( peledakan jumlah penduduk/ pengungsi, mobilitas masyarakat), adanya perubahan sosial, ekonomi, kelalaian dalam memberikan pendidikan seks, kurangnya informasi tentang HIV/AIDS/IMS, perasaan aman karena kemudahan untuk mendapatkan obat dan alat kontrasepsi, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, adanya banyak kasus yang tidak memberikan gejala.
Bagaimana untuk mencegah terhadap IMS ini yaitu : dengan penyuluhan akan bahaya dan komplikasi dikemudian hari dari infeksi menular seksual ini, perilaku seks yang aman ( tidak berganti ganti pasangan), kalau curiga salah satu pasangan risiko tinggi untuk IMS maka pakailah alat kondom, bagi wanita disarankan untuk dilakukan tes pap’s smear untuk deteksi dini kanker servix dan vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker servix dan vaksinasi hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis dimana sebaiknya dilakukan sebelum melakukan kontak seksual, pencegahan melalui penularan melalui darah yaitu skrining seluruh darah donor, produk darah dan organ transplantasi, mengurangi jumlah transfusi darah yang tidak perlu, mereka yang berisiko jangan mendonorkan darah (“donor deferal”), lakukan desinfeksi alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian, Untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak yaitu apabila ibu menderita HIV positif sebaiknya tidak hamil, pemberian obat antiretroviral kepada ibu HIV positif dan bayinya, lakukan sectio cesaria, dan kalau mampu membeli susu dan tersedia air bersih jangan berikan ASI. Idealnya jalan yang paling efektif untuk mencegah penularan adalah dengan menghindari kontak dengan bagian tubuh atau cairan dari orang yang terinfeksi serta kedua pasangan harus melakukan tes terhadap IMS ini sebelum melakukan hubungan seks.
Bagaimana untuk menegakkan diagnosisnya yaitu tentu saja dengan melakukan tes terhadap sifilis, trikomonas, gonorhoe,hepes, hepatitis, Chlamydia, dan HIV. Tidak ada satupun tes yang dapat dilakukan untuk semua penyakit. Tidak semua IMS ini bersifat simtomatik (memberikan gejala) dan gejala mungkin tidak tampak segera setelah terinfeksi. Terdapat keadan yang disebut window period (masa jendela) setelah infeksi awal dan tes IMS ini akan menjadi negatif, selama masa ini mungkin infeksi telah menyebar. Dan lamanya periode ini tergantung dari jenis penyakitnya dan tes yang digunakan. Pengobatannya tentu saja tergantung kuman penyebab dapat diberikan antibiotik, antiprotozoa, antijamur, antiparasit, maupun antiretroviral dan yang terpenting pengobatan tetap harus dilakukan terhadap partner seksualnya terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Dan yang terpenting dari semuanya adalah berperilaku seks yang aman untuk menciptakan kualitas terutama wanita yang lebih baik.

Mengapa Wanita Gemuk sulit untuk menjadi Hamil?

Masalah kegemukan atau yang sering disebut obesitas memang sangat menakutkan bagi wanita karena tak sedikit penyakit yang dapat disebabkan karena obesitas ini mulai dari penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, stroke, kecing manis (diabetes mellitus) dan masalah reproduksi seperti sulit hamil, mudah keguguran dan yang pasti hubungan seks menjadi kurang harmonis. Batasan untuk berat badan yang ideal adalah apabila rasio berat badan (kg) dibandingkan tinggi badan kwadrat (m2) lebih kecil sama dengan 25 kg/m2, apabila lebih dari 30 kg/m2 dikategorikan sebagai obesitas dan diantaranya disebut kelebihan berat badan (overweight), karena itu ukurlah sekarang berat badan masing-masing untuk mengetahui apakah saya termasuk golongan obesitas atau ideal.
Kalau pada pria kegemukan selain menimbulkan gangguan seks secara mekanis juga dapat mengganggu hormon seks, sedangkan pada wanita kegemukan dapat menimbulkan peningkatan hormon seks yaitu hormon testosteron yang justru merugikan terhadap kesuburannya dan mengganggu kecantikan karena akan timbulnya banyak jerawat dan tumbuh rambut yang berlebihan ditempat yang tidak semestinya baik dimuka ataupun dibadan. Ada dua mekanisme yang dapat menjelaskan hal tersebut yaitu yang pertama pada wanita obesitas akan terjadi peningkatan kadar leptin yang terdapat didalam lemak yang dapat mempengaruhi peningkatan rasio perbandingan hormon yang dihasilkan dibatang otak (LH/FSH) sehingga terjadi peningkatan kadar hormon testosterone. Mekanisme kedua dimana pada wanita obesitas 70% akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi hormon insulin (meningkatkan risiko penyakit kencing manis) sehingga protein yang dapat mengikat hormon testosteron akan menurun sehingga akibatnya kedua mekanisme tadi akan meningkatkan kadar hormon testosterone yang bebas didalam darah.
Hormon testosterone seharusnya rendah kadarnya pada wanita dibandingkan pria. Tapi karena obesitas maka kadarnya akan meningkat sehingga akan mengganggu pematangan sel telur dalam indung telur. Akibatnya, sel telur gagal matang dan tidak keluar dari indung telur (ovulasi). Akibatnya yang dapat kita duga bahwa wanita akan mengeluh bahwa menstruasinya sangat tidak teratur, dapat perdarahan yang banyak, atau bahkan tidak datang menstruasinya. Sel-sel telur yang tidak matang ini dapat menimbulkan bentukan-bentukan kista kecil-kecil dan jumlahnya banyak didalam indung telur yang dikenal sebagai polikistik ovarium (PCO) dan apabila disertai dengan gejala klinik haid tidak berovulasi dan kelebihan hormon androgen (hiperandrogen) maka disebut sebagai polikistik ovarium syndrome (PCOS). Terdapat 50% pasien dengan PCOS adalah wanita dengan obesitas. Kegagalan ovulasi pada wanita dengan PCOS yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan lapisan endometrium (dinding uterus bagian dalam) akibat paparan estrogen terus menerus yang dihasilkan dari hormon testosterone tanpa diimbangi oleh stimulasi hormon progesteron (hormon yang dihasilkan oleh indung telur setelah ovulasi terjadi) sehingga berisiko terjadinya kanker endometrium.
Apakah dapat diobati?. Tentu saja dapat, tapi tergantung dari tujuan utama pengobatan pasien. Ada pasien yang lebih mementingkan faktor kesuburannya karena sulit mendapatkan keturunan, sementara yang lain lebih mementingkan keteraturan siklus menstruasi, atau menghilangkan jerawat dan tumbuhnya rambut yang berlebihan. Jika fertilitas menjadi tujuan utama maka pengobatan ditujukan supaya pasien dapat berovulasi kembali yaitu dengan obat-obat yang dapat menginduksi ovulasi. Obat-0batan yang meningkatkan sensitivitas hormon insulin seperti pada pasien dengan resisten insulin juga dapat membuat ovulasi lebih teratur. Penggunaan pil kontrasepsi yang khusus secara umum dapat mengurangi jerawat dan tumbuhnya rambut yang berlebihan, menimbulkan siklus menstruasi yang teratur, mencegah kanker endometrium dan dapat untuk mencegah kehamilan. Tetapi dari semuanya itu yang terpenting adalah diet dan olahraga teratur yang dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki frekwensi ovulasi, meningkatkan fertilitas, menurunkan risiko penyakit kencing manis dan menurunkan kadar hormon testosteron. Peningkatan aktivitas fisik merupakan langkah yang penting untuk program penurunan berat badan sehingga kembalinya kesuburan dapat tercapai.
Karena itu konsultasikan segera sebelum terlambat apabila anda mengalami gangguan pola menstruasi yang berkepanjangan untuk mencegah implikasi jangka panjang yang dapat terjadi.

Penulis
Dr. Arie A. PoLim, SpOG (K), D.MAS
Spesialis Kebidanan & Kandungan
(konsultan Fertilitas Endokrin Reproduksi)