Rabu, 03 April 2013

Nyeri haid

-->
Benarkah 50 % Wanita Menderita Nyeri Haid  Setiap Bulannya?


Beberapa wanita mengalami nyeri di sekitar perut saat datang bulan (menstruasi). Ada yang mengalami hanya di tahun-tahun pertama menstruasi dan ada juga yang berlangsung terus-menerus. Bahkan beberapa diantaranya harus berjuang menghadapi rasa sakit yang hebat selama berhari-hari. Wajarkah? Simak penjelasan berikut.

Nyeri haid atau disebut dismenorea adalah rasa sakit yang timbul setiap kali menstruasi. Rasa sakit ini biasanya dirasakan di perut bagian bawah atau daerah sekitar rahim yang biasa timbul pada hari pertama hingga hari ketiga dalam siklus menstruasi.

Bentuk nyeri yang dirasakan oleh penderita cenderung berbeda. Dapat berupa nyeri yang sifatnya ringan ataupun berat dan mengganggu. “Sekitar 50 persen wanita mengalami nyeri saat datang bulan. Karena itu penting untuk mengenali jenis nyerinya.

Secara teori, terdapat dua tipe dismenorea. Yang pertama adalah dismenorea primer.   Dismenorea ini terjadi karena kontraksi otot rahim saat menstruasi akibat hormon prostaglandin. “Biasanya tipe primer ini timbul pada remaja putri dimana mereka baru pertama kali mengalami menstruasi.

Beberapa penelitian menunjukkan wanita yang menderita dismenorea primer menghasilkan hormon prostaglandin dalam jumlah berlebihan saat menstruasi atau dapat dikatakan mereka sangat sensitif terhadap hormon ini.

Meski begitu, dismenorea primer merupakan hal yang wajar dan bukan tergolong dalam permasalahan kesehatan yang serius.  Dismenorea tipe ini timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri seiring berjalannya waktu dan stabilnya hormon tubuh “Nyeri pada dismenorea primer akan hilang seiring dengan bertambahnya usia, atau lebih kurang 2-3 tahun terhitung sejak menstruasi pertama.

Dismenorea primer dapat disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis. “Secara psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional remaja putri yang labil ketika baru mengalami menstruasi” ujarnya.

Sementara secara fisiologis, lebih kepada terjadinya kontraksi uterus yang berlebihan akibat endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin. Hal ini menyebabkan kontraksi otot polos yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Gejala dismenorea primer ataupun sekunder tidak jauh berbeda. Keduanya akan menimbulkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan seperti kram yang hilang-timbul atau bisa juga terus menerus ada. Nyeri kerap timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi dan mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.


Endometriosis & Dismenorea sekunder
Berbeda dengan dismenorea tipe primer, kasus dismenorea sekunder -dimana nyeri menstruasi terjadi diakibatkan kelainan ginekologik, misalnya endometriosis, fibroids, adenomyosis, dan dapat terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea. Juga terkait dengan beberapa panyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, dan sebagainya.

“Dari beberapa pasien yang mengalami gejala dismenorea sekunder, endometriosis adalah kasus yang paling sering dijumpai,” katanya. Endometriosis adalah keadaan di mana endometrium berada di luar tempat yang seharusnya, yaitu di dalam rongga rahim. Gejalanya terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala, serta nyeri hebat di bagian bawah perut. Biasanya muncul 1-2 hari menjelang haid dan dapat berlanjut selama haid.

“Jika tidak segera ditangani, dismenorea sekunder dapat merusak alat-alat reproduksi wanita dan mempengaruhi kesuburan,” kata dr. Arie. Karenanya, jika wanita mengalami rasa nyeri haid yang hebat dan menggangu aktifitas, baiknya segera periksakan diri Anda ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mengetahui penyebab sebenarnya. 


Tabel 1. Perbandingan Dismenorea Primer dan Sekunder

Dismenorea Primer
Dismenorea Sekunder

·      Usia lebih muda
·      Usia lebih Tua
·      Timbul di masa awal menstruasi
·      Waktu timbulnya tidak dapat diprediksi
·      Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Terkadang disertai sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih
·      Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Terkadang disertai sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih
·      Tidak berpengaruh terhadap kesuburan
·      Mempengaruhi kesuburan
·      Nyeri cenderung ringan
·      Nyeri berat hingga mengganggu aktifitas
·      Terjadi pada nulipara
·      Tidak berhubungan dengan paritas


Jangan Anggap Sepele Dismenorea

Masih banyak wanita yang menganggap nyeri haid sebagai hal yang sepele. Padahal jika cepat dideteksi, pengobatan dan terapinya pun akan lebih mudah. “Ada beberapa pasien saya yang datang dan mengeluhkan nyeri yang sudah menahun. Ketika diperiksa, ternyata kondisinya sudah tidak bisa dikatakan ringan lagi,” kata dr. Arie.

Dr. Arie menambahkan, obat-obat nyeri haid yang kebanyakan beredar di pasaran cenderung bersifat simtomatik. Karenanya, bagi yang mengalami nyeri berkelanjutan, khususnya wanita dewasa berusia matang, segera konsultasikan ke dokter. “Perlu dilakukan pengecekan untuk memastikan apakah masuk dalam tipe primer atau sekunder, karena pengobatan untuk dismenore tergantung kepada penyebabnya,” katanya.

Dismenorea biasanya diatasi dengan pemberian obat anti peradangan non-steroid. Daya kerja obat akan lebih efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan hingga hari 1-2 menstruasi. Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, bisa diberikan obat yang mengandung estrogen dan progesteron.

Pemberian jenis obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang akan mengurangi nyeri saat menstruasi. “Perlu diingat, pemilihan jenis obat dan dosis penggunaannya harus berdasarkan petunjuk dokter,” pesan dr. Arie.

Bagi pasien dismenorea sekunder yang mengarah pada endometriosis, pengobatan akan disesuaikan dengan usia, gejala, dan kondisi si penderita. Penanganan dismenorea sekunder jauh lebih sulit dan mungkin untuk dilakukan tindakan pembedahan. Pada kasus yang berat, atau tidak dapat disembuhkan, pengangkatan rahim perlu dilakukan.

Akan tetapi, bila penderita endometriosis segera hamil, gejala endometriosis bisa berkurang. Tak heran jika banyak dokter menganjurkan wanita yang telah menikah untuk segera hamil.

Selain pemberian obat-obatan, istirahat yang cukup dan olah raga secara teratur juga baik untuk meredam gejala dismenorea.

Bahkan beberapa penelitian yang dilakukan di Korea Selatan menunjukkan terapi akupunktur juga cukup efektif untuk mengatasi nyeri haid. Ada beberapa indikasi bahwa akupunktur dapat mengatasi kram perut, meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Dr. Arie A.Polim , D.MAS, SpOG (K)
Konsultan Fertilitas Reproduksi


=======================================================================


Intracytoplasmic Morphologically selected Sperm Injection

 
Intracytoplasmic Morphologically Selected Sperm Injection
Salah Satu Teknik Baru Untuk Kegagalan IVF Berulang

Infertilitas adalah pasangan yang mengalami kegagalan mendapatkan suatu konsepsi sesudah melakukan hubungan seksual yang teratur selama 12 bulan tanpa menggunakan kontrasepsi.  Dari penyebab infertilitas tersebut 20% adalah disebabkan oleh faktor pria yaitu tentu saja ada masalah sperma.  Sperma  yang normal terdiri dari  tiga bagian yaitu : kepala, leher , dan bagian ekor. Apabila ada kelainan dari salah satu bagian tersebut maka akan membuat kondisi sperma tersebut menjadi tidak normal. Maka untuk menganalisis sperma perlu dilihat parameter jumlah, motilitas (pergerakan sperma) dan morfologi (bentuk sperma).  Menurut standar WHO 2010 sperma yang normal bila jumlahnya  ≥ 15 juta /ml atau ≥ 39 juta /ejakulasi, dengan motilitas (A+B) ≥ 40% dan morfologi normal ≥  4%.
 

Didasarkan pada pemilihan morfologi sperma yang bergerak, maka ditemukan prosedur ICSI (intacytoplasmic sperm injection) yang menjadi terapi yang efektif bagi infertilitas pria. ICSI adalah suatu prosedur yang paling umum digunakan dengan masalah infertilitas pada laki-laki, dimana satu sperma diinjeksi langsung kedalam oosit/sel telur untuk mencapai fertilisasi. Telur yang terfertilisasi kemudian diamati melalui sejumlah pembelahan sebelum ditransfer kembali kedalam rahim wanita. Keberhasilan ICSI sangat tergantung dari beberapa faktor seperti usia sel telur, kemampuan tenaga medis melakukan ICSI dan terpenting kualitas dari satu sperma.. Morfologi sperma, terutama bagian kepala berisi nukleus/inti sel yang digunakan untuk memilih sperma yang terbaik untuk diinjeksikan. Sebagai contoh  sperma dengan kelainan kepala yang sangat berat seperti berbentuk pin, amorph, meruncing, bulat, dan multinukleasi dapat mengurangi angka implantasi dan reproduksi dan sebaiknya tidak diinjeksikan. Mikroinjeksi sperma kedalam oosit dengan pemilihan sperma yang mempunyai morfologi bentuk nukleus yang normal dan akan menghasilkan angka kehamilan yang tinggi secara bermakna dibandingkan hanya konventional IVF.

Melakukan evaluasi morfologi sperma mempunyai peranan diagnostik yang sangat penting bagi para embriologis untuk dapat memilih sperma yang motile/bergerak. Penampakan sperma yang normal yang diinjeksikan kedalam oosit dibawah mikroskop dengan pembesaran 200/400x  belum menjamin bahwa sperma tersebut secara morfologi normal. Sperma yang tampak permukaaannya normal pada pembesaran rendah mungkin dapat mempunyai kelainan organel halus didalam kepala sperma  atau permukaan sperma yang dapat mencegah fertilisasi. Dan hal ini memerlukan pembesaran paling sedikit 6000x. 

Bukti penelitian yang dilakukan Miller 2001, De Vost 2003 mengatakan bahwa sperma yang dilakukan ICSI sedikitnya mengandung 30-40% nukleus yang terdapat vakuole. Sperma dengan vakuole ini pada awalnya akan mengalami fertilisasi yang normal, perkembangan kualitas embrio yang sempurna dan dapat implantasi, tetapi ketahanan embrio pada stadium selanjutnya adalah berkurang ( rendahnya kehamilan dan tingginya angka keguguran).
Metode baru dengan menggunakan teknik pembesaran 6000 x untuk memeriksa morfologi sperma yang disebut (motile sperm organellar morphology examination, MSOME) telah dipublikasi oleh Bartoov tahun 2002 dan telah menunjukan hubungan yang positif dan bermakna antara morfologi spermatozoa yang normal dan angka fertilisasi setelah ICSI. Bartoov menggunakan  kriteria MSOME untuk memilih satu spermatozoa yang motile dengan teknik yang disebut intracytoplasmic morphologically selected sperm injection, IMSI pada pasien dengan paling sedikit terdapat kegagalan IVF berulang. Pasien yang menjalani prosedur IMSI mendapatkan angka kehamilan yang meningkat secara bermakna dan menurunnya angka keguguran. 

Teknik IMSI ini  sangat direkomendasikan bagi pasien yang mengalami kegagalan IVF berulang (lebih dari dua kali), hamil dan mengalami keguguran berulang, atau dengan kondisi sperma yang sangat jelek seperti oligoasthenoteratozoospermia berat, kasus cryptozoospermia, atau azoospermia non obstruktif.
Penelitian  yang dilakukan oleh monica Antinori dari Roma tahun 2008 pada kasus dengan prognosis kehamilan yang jelek dengan kegagalan IVF lebih dari 2 kali tampak bahwa angka kehamilan lebih tinggi pada pasien yang dilakukan IMSI 29,9% berbanding 12,9% pada yang dilakukan ICSI, p=0,017 dan angka keguguran lebih rendah pada IMSI 17,4% berbanding 37,5% pada ICSI.

                              Tabel 1. Perbandingan angka kehamilan dan keguguran antara grup ICSI dan IMSI pada  
                                              pasien dengan kegagalan IVF berulang
                                                           Dikutip : www.rbmonline.com/Article/3069, 2007

Penelitian lain dilakukan oleh Edson Borges, Brazil 2010 dengan meta-analisis menyatakan tidak ada perbedaan bermakna dalam angka fertilisasi antara grup ICSI dan IMSI, namun angka kehamilan dan implantasi adalah 3 kali lebih tinggi pada IMSI dibandingkan ICSI, juga angka keguguran 40% lebih rendah pada IMSI dibandingkan ICSI. Majalah The Times mengatakan ulasan tentang IMSI bahwa pemeriksaan sperma dibawah pemeriksaan dengan prosedur IMSI mempunyai lima kali kekuatan daripada pemeriksaan mikroskop yang standar yaitu sperma yang terlihat terbaik yang diinjeksikan kedalam sel telur. 

Dan memang prosedur IMSI ini memerlukan peralatan dan pelatihan yang khusus. Walaupun begitu Morula IVF Jakarta sudah menerapkan prosedur IMSI ini dan sebagai yang pertama di Indonesia. Semoga dengan metode ini diharapkan dapat memperbaiki angka kehamilan terutama bagi pasangan dengan masalah sperma yang sangat berat dan mempunyai prognosis yang buruk. Hasil ini menawarkan suatu perspektif baru untuk perbaikan teknik reproduksi berbantu dimasa depan. 

Penulis:
dr. Arie A. Polim, SpOG (K)
Staf Pengajar FK Atmajaya Jakarta
Praktisi Medis Morula IVF Jakarta

Selasa, 14 Agustus 2012

Jangan takut akan nyeri pasca operasi


Jangan Takut Dengan Nyeri Pasca Operasi

Setiap tindakan operasi / pembedahan pasti akan memberikan rasa nyeri akibatnya sering memberikan rasa ketakutan pada pasien untuk dapat bergerak / mobilisasi. Dokter dan perawat akan memberikan obat pengontrol rasa nyeri yang merupakan bagian dari pengobatan. Obat pengontrol rasa nyeri tersebut akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi terjadinya komplikasi.
Terapi yang terbaik pasca operasi yaitu adanya suatu keseimbangan antara keuntungan dan risikonya. Jika obat pengontrol rasa nyeri terlalu kuat akan berakibat efek samping seperti mengantuk, mual dan muntah. Tapi jika terlalu lemah akan merasakan nyeri yang dapat merugikan pasien. Rasa nyeri yang timbul akan membatasi aktivitas pasien diantaranya untuk dapat bernapas dalam, batuk, berjalan, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk dapat mempercepat proses penyembuhan.
Dokter akan segera memberikan obat pengontrol rasa nyeri secara injeksi selama dan segera sesudah operasi dan sampai pasien dapat minum obat penghilang nyeri secara oral.
Macam-macam cara pemberian obat pada operasi besar (mayor), yaitu :
  1. Obat yang diberikan secara intravena
Sebelum pembedahan pasien akan dipasang selang plastik yang dimasukkan kedalam pembuluh darah vena yang fungsinya untuk memasukkan cairan, obat anestesi atau obat penghilang nyeri. Setelah operasi selesai obat penghilang nyeri tetap diberikan melalui infus secara berkala sementara dirawat.
  1. Analgesia epidural
Obat pengontrol nyeri ini disuntikan secara perlahan melalui selang kecil yang dimasukan kedalam ruang epidural dalam kanalis spinalis tetapi diluar cairan spinal. Cara ini dapat digunakan dalam persalinan dan melahirkan, dan kadang-kadang sebelum operasi mayor seperti operasi paru-paru atau perbaikan sendi. Selang epidural ini dapat ditinggalkan ditempatnya dalam beberapa hari untuk mengontrol nyeri pasca operasi.
  1. Anestesi spinal
Anestesi ini dengan memasukan obat secara langsung kedalam cairan spinal. Anestesi spinal ini lebih cepat dan mudah dibandingkan anestesi epidural tapi tidak dapat dalam waktu lama karena tidak memasukan selang seperti anestesi epidural. Biasanya dokter akan menambahkan obat opioid kedalam obat spinal yang berdurasi jangka panjang sehingga dapat mengontrol nyeri dalam waktu 24 jam pasca operasi
  1. Blok syaraf (nervus)
Yang menjadi target adalah area tubuh yang akan dihilangkan nyerinya seperti lengan atau kaki. Hal ini akan mencegah penyampaian pesan nyeri melalui syaraf keotak. Jika diperlukan penghilang rasa nyeri hanya beberapa jam saja maka dokter akan menyuntikan anestesi lokal disekitar syaraf yang mensyarafi daerah yang akan dilakukan operasi. Jika diperlukan dalam jangka waktu lama, maka dokter akan memasang selang kedalam area untuk memberikan infus penghilang nyeri. Biasanya banyak dipakai pada pasien rawat jalan atau juga pada pasien rawat inap, kadang dapat pulang kerumah dengan tetap terpasang selang yang memblok syaraf dengan pompa yang dapat tetap mengalirkan obat penghilang nyeri. 

Obat yang dapat diberikan pada operasi kecil (minor), yaitu :
  1. Anestesi lokalDokter akan memberikan anestesi lokal seperti prokain (Novocain) secara langsung kedalam luka atau tempat pembedahan dengan menggunakan jarum kecil. Jumlah obat yang diberikan dalam waktu pendek dan dapat memblok nyeri pada area tubuh yang kecil
  1. Obat minum/OralDapat diganti dengan obat yang diminum secara oral dirumah sakit dan dilanjutkan selama beberapa hari atau minggu dirumah.
  1. Analgesik opioidOpioid oral bekerja untuk mengatasi nyeri yang hebat, tetapi dengan efek samping seperti mengantuk, mual, dan sulit buang air besar.
  1. NSAID (Nonsteroid antiinflamasi)Obat golongan ini dapat mengurangi pembengkakan, rasa sakit, dan nyeri ringan. Obat ini dapat digunakan setelah pembedahan minor atau kombinasi dengan opioid untuk setelah pembedahan mayor atau selama penyembuhan dirumah.
Pesiapan Pembedahan
  1. Diskusikan dengan dokter anda pengalaman sebelumnya dengan nyeri. Sebelum pembedahan bicarakan dengan dokter tentang pengalaman sebelumnya dengan metode yang berbeda untuk penghilang rasa nyeri.
  2. Diskusikan tentang nyeri kronis . Jika anda mempunyai nyeri yang bersifat kronis dan sudah terbiasa dengan obat pengontrol nyeri yang dapat membuat resisten atau sedikit sensitif terhadap obat pengontrol rasa nyeri tertentu. Diskusikan dengan dokter sebelum pembedahan, untuk dapat diberikan obat dari golongan lain yang lebih kuat.
  1. Buatlah daftar obat-obatanTulis semua obat-obatan yang pernah diminum termasuk suplemen atau herbal yang diminum bulan lalu. Dokter perlu mengetahui segala sesuatu yang dapat bereaksi dengan obat pengontrol nyeri pasca operasi
  1. Jujurlah dengan penggunaan alkohol dan obat-obatan sebelumnyaBeritahukan dokter bahwa anda pecandu alkohol atau obat-obatan untuk dapat meminimalkan risiko dan kekambuhan, bahkan pengguna obat-obatan legal seperi benzodiazepine harus diberitahukan kepada dokter.
  1. TanyakanSeberapa nyeri pasca operasi dan berapa lama. Apa jenis obat pengontrol nyeri yang diberikan sebelum dan sesudah pembedahan. Apa efek sampingnya dan bagaimana meminimalkan efek samping tersebut.
  1. Jujur tentang perasaan nyeri pasca operasiDokter dan perawat harus mengetahui seberapa berat nyeri yang dirasakan, dan aktivitas atau posisi apa yang membuat lebih baik atau lebih buruk.
  1. Jangan mengabaikan efek sampingBeritahukan jika merasa mengantuk, sulit buang air besar, mual atau efek samping lain dari obat. Obat nyeri lainnya dapat mengurangi efek samping yang tidak menyenangkan.
Selamat Mencoba dan Jangan Takut akan Nyeri Pasca Operasi.

Nyeri di daerah kemaluan , apakah suatu vulvodynia


Sensasi Nyeri di Sekitar Vulva dan Vagina ,  Apakah suatu Vulvodynia?


Apa yang dimaksud vulvodynia adalah suatu keadaan ketidaknyamanan didaerah vulva berupa rasa sensasi nyeri terbakar tanpa terlihat adanya kelainan atau gangguan pada persyarafan/neurologi.
Klasifikasi vulvodynia digolongkan berdasarkan lokasi tempat nyerinya dan faktor pencetusnya. Adapun lokasi vulvodynia dapat di vestibulum (vestibulodynia), klitoris (cliterodynia), sebagian vulva (hemivulvodynia), sedangkan faktor pencetusnya bervariasi berupa pengaruh seksual, nonseksual atau keduanya.

Ada beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan :
1.     Apakah rasa nyeri yang timbul cukup bermakna mengganggu kehidupan wanita tersebut
2.     Pasien dengan nyeri sanggama /dyspareunia harus diketahui riwayat seksualnya apakah ada disfungsi psikoseksual dengan memfokuskan pada nyeri  yang dapat mengurangi keinginan birahi/seksualnya
3.     Apakah terdapat gangguan depresi derajat tinggi, anxietas, atau gangguan somatisasi

Diagnosis vulvodynia adalah secara klinis sehingga tidak diperlukan berbagai pemeriksaan seperti pemeriksaan biopsi, patch test, MRI untuk menegakkan diagnosis.
Bagaimana melakukan pengobatan :
1.     Diperlukan kerjasama team yang dapat merujuk pasien ke fisioterapi, pengobatan psikoseksual dan penanganan nyeri
2.     Pemberian kombinasi terapi medikal/obat-obatan, psikologis, fisioterapi, dan diet
3.     Dapat diberikan obat topikal seperti  lidocain gel dapat dipakai pada saat sanggama, tetapi efek potensial bagi pasangannya  harus dinilai
4.     Pemberian kombinasi capsaicin, nifedipin, dan ketoconazole cream dapat dipertimbangkan
5.     Dapat diberikan antidepresan trisiklik dan preparat lain seperti gabapentin, pregabalin. Gabapentin dimulai 300 mg dinaikan setiap 3 hari sampai maximum 3600 mg/ hari tetapi pengobatan optimal masih belum jelas.
6.     Injeksi methylprednisolone dan lidokain intralesi dapat menolong
7. Kadang diperlukan operasi seperti eksisi pembedahan vestibulum dapat dipertimbangkan jika pengobatan lain gagal
8.     Vaporisasi laser tidak direkomendasikan
9.  Dapat dilakukan pemijatan sendiri, biofeedback, akupunktur, penekanan trigger point sebagai terapi alternatif


Kamis, 03 November 2011

APAKAH ADA HUBUNGAN ANTARA KEKURANGAN OMEGA 3 DENGAN KEJADIAN AUTISM DAN ADHD DALAM KEHAMILAN

Autisme dan ADHD (Attention Deficit and/Hyperactivity Disorder) adalah masalah kesehatan yang semakin banyak pada dekade belakangan ini, dimana perbandingan ADHD dan autism adalah 5:1. Seorang anak yang menderita ADHD atau autisme akan mengalami kesulitan belajar dan berkurang kualitas hidupnya. Umumnya anak-anak yang mengalami autisme dan ADHD memiliki masalah pada saat didalam kandungan. Kondisi autisme dideskripsikan pertama kali oleh Kanner di Baltimore tahun 1943 dan Asperger di Vienna tahun 1944. Autisme adalah suatu kondisi gangguan perkembangan pada manusia dengan pola stereotype perilaku dan gangguan dalam berkomunikasi serta interaksi sosial. Mungkin dapat berupa lebih jarang menangis dan terlihat berbeda dengan anak – anak disekitarnya. Anak yang mengalami ADHD memiliki karakteristik sulit berkonsentrasi pada pekerjaan, tetap duduk, dan menahan keinginan untuk bermain. Anak laki–laki lebih sering mengalami ADHD daripada anak wanita dengan perbandingan 2: 1, hal ini dikarenakan pada anak laki-laki lebih banyak terjadi kekurangan / gangguan pada metabolism asam lemak tak jenuh esensial secara molekuler dibandingkan anak perempuan. Biasanya pada anak laki-laki memiliki masalah dalam belajar untuk menulis dan membaca sedangkan pada anak wanita dengan ADHD cenderung memiliki masalah dalam hal angka dan aritmatika.

Penyebabnya tidak diketahui dan multifaktorial :
1. Gangguan di otak (amigdala, prefrontal, hipocampus, cerebelum)
2. Hamil trimester 1 (infeksi, obat-obatan, penyakit ibu, perdarahan)
3. Saat persalinan (lama mengedan, menggunakan vakum/forceps, lilitan tali pusat, prematur, perdarahan)
4. Setelah lahir ( kejang, epilepsi, trauma, pengasuhan kurang atau berlebih).


Dari studi dikatakan bahwa 55% diagnosis autism disumbangkan dari faktor lingkungan seperti usia orangtua, berat badan lahir rendah, kelahiran ganda infeksi ibu selama kehamilan, sedangkan faktor genetik hanya menyumbangkan sekitar 37% penyebab autism.
Dikatakan bahwa kekurangan asam lemak tak jenuh esensial menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya autism dan ADHD. Asam lemak tak jenuh esensial tidak dibuat oleh tubuh melainkan harus ditambahkan dalam diet sehari hari dari luar. Yang termasuk didalamnnya adalah asam lemak omega 3 dan omega 6. Perbandingan omega 6 : omega 3 seharusnya sekitar 2 atau 3 : 1, tetapi seringkali dalam diet perbandingannnya menjadi tidak baik yaitu 10 atau 20 : 1. Sehingga kebutuhan omega 3 menjadi semakin kecil. Makanan yang mengandung omega 3 diantaranya adalah minyak zaitun, buah kenari, telur ayam, ikan cod, halibut, makarel, sarden, hering, trout dan salmon. Makanan yang mengandung omega 6 adalah padi-padian, makanan jadi, daging, susu, telur, minyak jagung dan kacang-kacangan. Bagaimana dengan yang vegetarian tetap bisa mengkonsumsi omega 3 dari minyak biji rami, ganggang atau rumput laut, akan tetapi tidak sebaik dari minyak ikan. Tetapi bagaimanapun harus kita berhati-hati mengkonsumsi minyak ikan yang tercemar dengan timbale (Pb), mercury, hormon, dioxin, dan logam berat. Karena itu minyak ikan yang dimakan seharusnya sudah dimurnikan dengan destilasi molekuler.
Omega 3 sangat dibutuhkan oleh wanita hamil dan janin sejak dalam kandungan karena perkembangan anatomi syaraf berlangsung dari sejak masa konsepsi hingga maturitas dalam masa kehamilan. Perkembangan sel syaraf sudah terjadi sejak embrio dalam 3 minggu pertama kehamilan. Yang mengendalikan proses tersebut adalah gen dari tiap organisme. Dimana sel ini berproliferasi secara cepat dalam satu minggu (250.000 kali permenit, menurut Cowan) dan akhirnya menjadi sel otak (korteks serebri). Setelah bayi lahir otak terus tumbuh secara dramatis, dari berat rata-rata 375 hingga 400 gram saat lahir (40 minggu), otak mencapai 1000gram pada akhir tahun postnatal. Pada periode anak-anak dan pubertas sampai dewasa pertumbuhan otak tetap terjadi tapi dalam kecepatan yang lebih lambat, hingga usia 12 – 15 tahun, dengan rata-rata pertambahan berat otak wanita dewasa 1.230 – 1.275 gram dan pria 1.350 – 1.410 gram.
Kenapa Asam Lemak Tak Jenuh Esensial(Poly Unsaturated Fatty Acid) sangat penting karena merupakan komponen dasar membran fosfolipid dan memodulasi aktivitas enzim dan yang mengatur fungsi didalam sel tubuh. Asam lemak tak jenuh Omega-3 terdiri dari Alpha linoleat, eicosapentanoat, decosahexanoat. Asam lemak ini memiliki fungsi penting pada sistem syaraf pusat. Omega 3 sebaiknya harus diberikan pada anak satu kali perhari, sedangkan untuk ibu hamil dan menyusui sebaiknya 200 mg/ hari (menurut FDA). Efek samping pemakaian omega 3 cukup ringan seperti mual, bersendawa, dan diare. Pada kasus-kasus yang sering terjadi penurunan kandungan asam lemak esensial seperti perokok, menggunakan kontrasepsi hormonal kehamilan, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, kanker , Alzheimer, dan skizoprenia, dll. Karena itu pada keadaan ini dibutuhkan dalam diet pemberian asam lemak tak jenuh esensial.
Banyak kegunaan omega 3 secara umum yaitu mengurangi kejadian depresi dan maniak, meningkatkan fungsi kognitif (kecerdasan dan memori), mencegah penyakit Alzheimer, dan mengurangi nyeri haid. Kegunaan omega 3 pada kehamilan membantu pembentukan pembuluh darah yang normal sehingga mencegah pertumbuhan janin terhambat dan risiko keracunan kehamilan (darah tinggi dalam kehamilan), menunda persalinan prematur. Bagaimana setelah melahirkan ternyata air susu ibu itu mengandung kandungan omega 3 yang cukup tinggi, dimana dapat membentuk sekitar 50% struktur lemak dari retina. Jika kekurangan maka bayi akan terjadi gangguan pertumbuhan otak dan mata, adapun fungsi lainnya adalah mencegah terjadinya depresi pasca melahirkan.
Pada anak yang autism dan ADHD dikatakan kandungan omega 3 lebih rendah dibandingkan anak yang normal. Omega 3 juga mempunyai kandungan sebagai anti radang dan anti pembekuan darah dan dapat meningkatkan daya tahan imunitas tubuh.
Karena itu konsumsi omega 3 dan menjaga pola makan yang sehat ( empat sehat lima sempurna) sangat diperlukan pada ibu hamil karena ibu hamil dengan kondisi tubuh yang sehat akan melahirkan bayi dengan sehat, cerdas dan kuat. Sehingga dapat diperoleh generasi baru yang berkualit

Senin, 31 Oktober 2011

Pruritic urticarial papules and plaques in pregnancy

Badan Gatal-gatal saat Hamil?


Seorang ibu sedang mengandung anak pertama memasuki usia tujuh bulan. Namun merasakan gatal-gatal di sekitar area belakang lutut, selangkangan, perut, sedikit di area payudara dan pundak dalam dekat area ketiak yang agak menyebar dan permukaannya agak sedikit menonjol. Dia bertanya Apa sih sebenarnya gatal-gatal ini ? Apakah normal dan aman bagi janin saya?


Jika anda sama mengalami hal tersebut diatas kemungkinan menderita suatu PUPP. Apa itu PUPP (Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy) kadang disebut juga sebagai PEP (Polymorphic Eruption of Pregnancy) adalah suatu dermatosis (kelainan kulit) yang spesifik yang paling sering terjadi pada kehamilan berupa gatal-gatal, dimana timbulnya rasa gatal yang sangat hebat pada daerah sekitar perut atau pusar, bawah payudara, paha, pantat, selangkangan atau area yang rawan stretch marks (rawan peregangan) atau dalam medis dikenal dengan istilah Pruritic atau Pruritus. Sedangkan Urticarial adalah terjadinya pembengkakan kulit setempat dan akut, timbul secara tiba-tiba namun hilang secara perlahan-lahan. Sedangkan Papules dan Plaques adalah seperti ada gambaran (plak) yang menonjol dapat dilihat dari kulit yang rata tiba-tiba ia menonjol dengan diameter kurang dari setengah sentimeter dan berisi zat padat (agak keras) dengan isi jaringan yang mengalami penonjolan. Isi jaringan bukanlah darah atau nanah.
Angka kejadian PUPP ini sekitar 1: 160 kehamilan dan biasanya terjadi pada kehamilan di atas tujuh bulan(trimester III kehamilan), karena perut ibu semakin besar sehingga terjadinya peregangan pada kulit. Walau gatal, namun sebaiknya jangan menggaruknya. Karena jika digaruk akan menimbulkan suatu lecet yang dapat mengakibatkan pengelupasan kulit dan terjadi infeksi sekunder dan ketika sembuh dapat menimbulkan suatu bekas. Penyebab PUPP sendiri tidak diketahui hingga saat ini dan BuMil yang mengalami hal ini jangan khawatir karena tidak membahayakan janin juga si Ibu. PUPP akan hilang secara berangsur-angsur dengan sendirinya akan hilang setelah BuMil selesai melahirkan.
Hingga saat ini penyebab PUPP belum diketahui. Bukan karena faktor makanan, imunologi dan juga hormon tetapi diduga karena adanya peregangan pada striae yang telah mengalami kerusakan jaringan ikat dan mencetuskan respon peradangan pada daerah tersebut. Serta tidak semua BuMil bisa mengalami PUPP ini, hanya diduga 73 persen PUPP terjadi pada wanita yang baru hamil pada pertama kalinya. Namun, Bumil tak perlu terlalu khawatir karena tidak akan berulang pada kehamilan yang kedua dan seterusnya. Jika PUPP terjadi sebaiknya diberikan emolien /pelembab pada area yang terkena. Namun jika tidak menunjukkan perbaikan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan untuk diberikan obat antiinflamasi/kortikosteroid. Pada kondisi kulit tertentu yang peregangannya sedikit lebih parah selain akan menimbulkan merah pada kulit, juga dapat mengakibatkan kulit menghitam.
PUPP tidak berbahaya bagi BuMil dan janin yang dikandungnya. Tidak menimbulkan kematian bayi dan tidak menimbulkan gangguan pertumbuhan berat badan bayi. Jadi, Bumil tak perlu khawatir karena PUPP bersifat jinak.

PUPP Biasanya Terjadi Pada:
• BuMil yang baru hamil pertama kali.
• BuMil dengan bayi yang sangat besar.
• Peningkatan berat badan ibu atau bayi yang berlebihan.
• BuMil yang mempunyai bayi kembar.



Media file 1: Courtesy of Jeffrey P. Callen, MD of Louisville, Kentucky

Beda Tapi Tak Sama
Walau jinak dan tak dapat dihindari sebelumnya, ada juga yang mirip dengan PUPP, seperti Herpes dan Pemfigoid gestasional. Keduanya pada kehamilan juga hampir mirip gejalanya dengan PUPP berupa merah dan bintik-bintik disertai rasa gatal. Untuk membedakan apakah Herpes, Pemfigoid, atau PUPP, Bumil harus memeriksakan diri ke dokter kandungan dengan cara biopsi kulit, atau untuk pemeriksaan virus dapat dilakukan pemeriksaan dalam darah atau dapat juga dilakukan DIF atau Direct Immunofluorescence (teknik yang digunakan pada pencahayaan mikroskop dengan menggunakan mikroskop fluoresensi terutama digunakan pada sample biologi) . Pada PUPP DIF menunjukkan hasil yang negatif/normal.


dr. Arie A. PoLim, SpOG-KFER, D.MAS.
Spesialis Kebidanan & Kandungan
(Konsultan Fertilitas Endokrin Reproduksi)

Praktek :
RSIA Family; RS Royal Taruma; FK/RS Atmajaya

Senin, 11 Oktober 2010

KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DEWASA


Adaanya perubahan paradigma didalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas atau keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan dan hak reproduksi manusia khususnya wanita dimana wanita dipandang sebagai subyek. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yg sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial secara utuh dan tidak semata mata hanya bebas dari penyakit dan kelemahan dalam semua aspek yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistim reproduksi.
Setiap wanita mempunyai hak-hak reproduksi yang harus dihormati yaitu : hak kehidupan seksual yang aman, hak kemampuan bereproduksi dan bebas memutuskan kapan dan bagaimana harus dilakukan, hak pilihan didalam mengatur kesuburan dengan tidak melawan hukum, hak mendapatkan informasi tentang keamanan, efektifitas, kemampuan dan penerimaan metode KB bagi suami –isteri, hak menerima pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai sehingga wanita dapat aman untuk hamil dan melahirkan anak serta mendapat kesempatan yang baik untuk membuat bayi sehat. Ada banyak cakupan yang terdapat didalam kesehatan reproduksi diantaranya : masalah keluarga berencana (KB), masalah safe motherhood, masalah perawatan bayi baru lahir, masalah pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran (abortus), masalah penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/ AIDS, masalah pencegahan dan penanganan subfertilitas, masalah kesehatan reproduksi remaja , dan masalah kesehatan lanjut usia (lansia).
Diantara cakupan tersebut yang banyak dibicarakan dikalangan remaja dan dewasa muda adalah masalah penyakit menular seksual (PMS) atau sekarang lebih dikenal dengan infeksi menular seksual(IMS) dan bagaimana menjaga organ reproduksi yang aman. Sebanyak 60% dari infeksi menular seksual ini terjadi pada usia < 25 tahun dan 30% terjadi pada usia < 20 tahun. Antara usia 14-19 tahun lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki (2:1). Infeksi menular seksual adalah infeksi pada alat kelamin/genetalia yang penularan utamanya terjadi melalui hubungan seksual baik melaui vagina, oral, dan anal. Beberapa IMS ini juga dapat ditularkan melalui jarum suntik bersama dari orang yang terinfeksi, bayi yang dilahirkan, maupun pada saat menyusui. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri (chancroid, Chlamydia, Gonorhoe, syphilis, granuloma inguinale), virus (HIV, HPV, virus hepatitis B, herpes simplex, molluscum contagiosum), jamur (tinea cruris, candidiasis), parasit (scabies), ataupun protozoa (trikomoniasis). IMS ini dapat ditularkan melalui membran mukus penis, vulva, rektum, saluran urin, mulut, tenggorokan, saluran pernapasan dan mata, juga infeksi dapat ditularkan lewat tinja (feces), urin, dan keringat. Banyak infeksi yang mudah ditularkan dari mulut ke genital atau dari genital kemulut dan menjadi lebih berat lagi dtularkan dari mulut ke mulut. Pada HIV cairan dari genital lebih banyak ditularkan oleh pathogen daripada melalui air liur (saliva). Beberapa infeksi menular seksual yang ditularkan lewat kontak kulit langsung adalah seperti herpes simplex dan HPV (human papiloma virus) virus penyebab kanker servix. Pada HIV dapat ditularkan dari ibu kepada bayi yang dikandungnya pada saat kehamilan, persalinan , dan pada saat menyusui.
Adapun gejala dari IMS pada wanita adalah keluarnya cairan (vaginal discharge) yang tidak normal disertai bau, rasa panas dan gatal, luka (ulkus) pada alat kelamin bagian luar, rasa sakit pada saat berhubungan seksual atau rasa sakit pada perut bagian bawah yang tidak biasanya terjadi serta adanya pembengkakan kelenjar dan adanya daging tumbuh pada alat kelamin bagian luar. Sedangkan gejalanya pada laki-laki adalah rasa sakit/panas saat buang air kecil dan terdapat cairan berupa nanah atau bahkan luka di saluran kencing ,adanya pembengkakan pada buah zakar, adanya pembengkakan kelenjar pada selangkangan paha, timbulnya luka lecet, borok, bintik-bintik atau benjolan pada kemaluan. Penyakit menular seksual ini jika tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi seperti peradangan panggul yang menahun/ kronis, terjadinya kemandulan baik bagi pria karena gangguan transport sperma dan pada wanita karena tersumbatnya saluran telur akibat peradangan, gangguan kehamilan (hamil diluar kandungan), kematian janin, cacat bawaan, risiko terjadinya keganasan ( kanker leher rahim) karena terjadinya infeksi oleh virus human papiloma (HPV), serta memudahkan terjadinya penularan infeksi HIV karena terdapatnya luka atau peradangan pada alat kelamin.
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual ini yaitu mereka yang berganti-ganti pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, mereka yang setia dengan hanya satu pasangan tetapi pasangannya memiliki lebih dari satu pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, anak dari ibu yang terkena IMS baik pada saat dalam kandungan, saat melahirkan ataupun pada saat menyusui. Ada macam-macam PMS dintaranya Gonore (GO), sifilis atau raja singa, cancroids, klamidia, kondiloma atau jengger ayam, herpes kelamin, kutu kelamin, trikomonas, hepatitis B/C, dan HIV/AIDS. Adapun faktor - faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran dari PMS ini karena adanya perubahan demografi ( peledakan jumlah penduduk/ pengungsi, mobilitas masyarakat), adanya perubahan sosial, ekonomi, kelalaian dalam memberikan pendidikan seks, kurangnya informasi tentang HIV/AIDS/IMS, perasaan aman karena kemudahan untuk mendapatkan obat dan alat kontrasepsi, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, adanya banyak kasus yang tidak memberikan gejala.
Bagaimana untuk mencegah terhadap IMS ini yaitu : dengan penyuluhan akan bahaya dan komplikasi dikemudian hari dari infeksi menular seksual ini, perilaku seks yang aman ( tidak berganti ganti pasangan), kalau curiga salah satu pasangan risiko tinggi untuk IMS maka pakailah alat kondom, bagi wanita disarankan untuk dilakukan tes pap’s smear untuk deteksi dini kanker servix dan vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker servix dan vaksinasi hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis dimana sebaiknya dilakukan sebelum melakukan kontak seksual, pencegahan melalui penularan melalui darah yaitu skrining seluruh darah donor, produk darah dan organ transplantasi, mengurangi jumlah transfusi darah yang tidak perlu, mereka yang berisiko jangan mendonorkan darah (“donor deferal”), lakukan desinfeksi alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian, Untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak yaitu apabila ibu menderita HIV positif sebaiknya tidak hamil, pemberian obat antiretroviral kepada ibu HIV positif dan bayinya, lakukan sectio cesaria, dan kalau mampu membeli susu dan tersedia air bersih jangan berikan ASI. Idealnya jalan yang paling efektif untuk mencegah penularan adalah dengan menghindari kontak dengan bagian tubuh atau cairan dari orang yang terinfeksi serta kedua pasangan harus melakukan tes terhadap IMS ini sebelum melakukan hubungan seks.
Bagaimana untuk menegakkan diagnosisnya yaitu tentu saja dengan melakukan tes terhadap sifilis, trikomonas, gonorhoe,hepes, hepatitis, Chlamydia, dan HIV. Tidak ada satupun tes yang dapat dilakukan untuk semua penyakit. Tidak semua IMS ini bersifat simtomatik (memberikan gejala) dan gejala mungkin tidak tampak segera setelah terinfeksi. Terdapat keadan yang disebut window period (masa jendela) setelah infeksi awal dan tes IMS ini akan menjadi negatif, selama masa ini mungkin infeksi telah menyebar. Dan lamanya periode ini tergantung dari jenis penyakitnya dan tes yang digunakan. Pengobatannya tentu saja tergantung kuman penyebab dapat diberikan antibiotik, antiprotozoa, antijamur, antiparasit, maupun antiretroviral dan yang terpenting pengobatan tetap harus dilakukan terhadap partner seksualnya terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Dan yang terpenting dari semuanya adalah berperilaku seks yang aman untuk menciptakan kualitas terutama wanita yang lebih baik.