Rabu, 03 April 2013

Nyeri haid

-->
Benarkah 50 % Wanita Menderita Nyeri Haid  Setiap Bulannya?


Beberapa wanita mengalami nyeri di sekitar perut saat datang bulan (menstruasi). Ada yang mengalami hanya di tahun-tahun pertama menstruasi dan ada juga yang berlangsung terus-menerus. Bahkan beberapa diantaranya harus berjuang menghadapi rasa sakit yang hebat selama berhari-hari. Wajarkah? Simak penjelasan berikut.

Nyeri haid atau disebut dismenorea adalah rasa sakit yang timbul setiap kali menstruasi. Rasa sakit ini biasanya dirasakan di perut bagian bawah atau daerah sekitar rahim yang biasa timbul pada hari pertama hingga hari ketiga dalam siklus menstruasi.

Bentuk nyeri yang dirasakan oleh penderita cenderung berbeda. Dapat berupa nyeri yang sifatnya ringan ataupun berat dan mengganggu. “Sekitar 50 persen wanita mengalami nyeri saat datang bulan. Karena itu penting untuk mengenali jenis nyerinya.

Secara teori, terdapat dua tipe dismenorea. Yang pertama adalah dismenorea primer.   Dismenorea ini terjadi karena kontraksi otot rahim saat menstruasi akibat hormon prostaglandin. “Biasanya tipe primer ini timbul pada remaja putri dimana mereka baru pertama kali mengalami menstruasi.

Beberapa penelitian menunjukkan wanita yang menderita dismenorea primer menghasilkan hormon prostaglandin dalam jumlah berlebihan saat menstruasi atau dapat dikatakan mereka sangat sensitif terhadap hormon ini.

Meski begitu, dismenorea primer merupakan hal yang wajar dan bukan tergolong dalam permasalahan kesehatan yang serius.  Dismenorea tipe ini timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri seiring berjalannya waktu dan stabilnya hormon tubuh “Nyeri pada dismenorea primer akan hilang seiring dengan bertambahnya usia, atau lebih kurang 2-3 tahun terhitung sejak menstruasi pertama.

Dismenorea primer dapat disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis. “Secara psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional remaja putri yang labil ketika baru mengalami menstruasi” ujarnya.

Sementara secara fisiologis, lebih kepada terjadinya kontraksi uterus yang berlebihan akibat endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin. Hal ini menyebabkan kontraksi otot polos yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Gejala dismenorea primer ataupun sekunder tidak jauh berbeda. Keduanya akan menimbulkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan seperti kram yang hilang-timbul atau bisa juga terus menerus ada. Nyeri kerap timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi dan mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.


Endometriosis & Dismenorea sekunder
Berbeda dengan dismenorea tipe primer, kasus dismenorea sekunder -dimana nyeri menstruasi terjadi diakibatkan kelainan ginekologik, misalnya endometriosis, fibroids, adenomyosis, dan dapat terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea. Juga terkait dengan beberapa panyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, dan sebagainya.

“Dari beberapa pasien yang mengalami gejala dismenorea sekunder, endometriosis adalah kasus yang paling sering dijumpai,” katanya. Endometriosis adalah keadaan di mana endometrium berada di luar tempat yang seharusnya, yaitu di dalam rongga rahim. Gejalanya terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala, serta nyeri hebat di bagian bawah perut. Biasanya muncul 1-2 hari menjelang haid dan dapat berlanjut selama haid.

“Jika tidak segera ditangani, dismenorea sekunder dapat merusak alat-alat reproduksi wanita dan mempengaruhi kesuburan,” kata dr. Arie. Karenanya, jika wanita mengalami rasa nyeri haid yang hebat dan menggangu aktifitas, baiknya segera periksakan diri Anda ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mengetahui penyebab sebenarnya. 


Tabel 1. Perbandingan Dismenorea Primer dan Sekunder

Dismenorea Primer
Dismenorea Sekunder

·      Usia lebih muda
·      Usia lebih Tua
·      Timbul di masa awal menstruasi
·      Waktu timbulnya tidak dapat diprediksi
·      Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Terkadang disertai sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih
·      Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Terkadang disertai sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih
·      Tidak berpengaruh terhadap kesuburan
·      Mempengaruhi kesuburan
·      Nyeri cenderung ringan
·      Nyeri berat hingga mengganggu aktifitas
·      Terjadi pada nulipara
·      Tidak berhubungan dengan paritas


Jangan Anggap Sepele Dismenorea

Masih banyak wanita yang menganggap nyeri haid sebagai hal yang sepele. Padahal jika cepat dideteksi, pengobatan dan terapinya pun akan lebih mudah. “Ada beberapa pasien saya yang datang dan mengeluhkan nyeri yang sudah menahun. Ketika diperiksa, ternyata kondisinya sudah tidak bisa dikatakan ringan lagi,” kata dr. Arie.

Dr. Arie menambahkan, obat-obat nyeri haid yang kebanyakan beredar di pasaran cenderung bersifat simtomatik. Karenanya, bagi yang mengalami nyeri berkelanjutan, khususnya wanita dewasa berusia matang, segera konsultasikan ke dokter. “Perlu dilakukan pengecekan untuk memastikan apakah masuk dalam tipe primer atau sekunder, karena pengobatan untuk dismenore tergantung kepada penyebabnya,” katanya.

Dismenorea biasanya diatasi dengan pemberian obat anti peradangan non-steroid. Daya kerja obat akan lebih efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan hingga hari 1-2 menstruasi. Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, bisa diberikan obat yang mengandung estrogen dan progesteron.

Pemberian jenis obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang akan mengurangi nyeri saat menstruasi. “Perlu diingat, pemilihan jenis obat dan dosis penggunaannya harus berdasarkan petunjuk dokter,” pesan dr. Arie.

Bagi pasien dismenorea sekunder yang mengarah pada endometriosis, pengobatan akan disesuaikan dengan usia, gejala, dan kondisi si penderita. Penanganan dismenorea sekunder jauh lebih sulit dan mungkin untuk dilakukan tindakan pembedahan. Pada kasus yang berat, atau tidak dapat disembuhkan, pengangkatan rahim perlu dilakukan.

Akan tetapi, bila penderita endometriosis segera hamil, gejala endometriosis bisa berkurang. Tak heran jika banyak dokter menganjurkan wanita yang telah menikah untuk segera hamil.

Selain pemberian obat-obatan, istirahat yang cukup dan olah raga secara teratur juga baik untuk meredam gejala dismenorea.

Bahkan beberapa penelitian yang dilakukan di Korea Selatan menunjukkan terapi akupunktur juga cukup efektif untuk mengatasi nyeri haid. Ada beberapa indikasi bahwa akupunktur dapat mengatasi kram perut, meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Dr. Arie A.Polim , D.MAS, SpOG (K)
Konsultan Fertilitas Reproduksi


=======================================================================


Intracytoplasmic Morphologically selected Sperm Injection

 
Intracytoplasmic Morphologically Selected Sperm Injection
Salah Satu Teknik Baru Untuk Kegagalan IVF Berulang

Infertilitas adalah pasangan yang mengalami kegagalan mendapatkan suatu konsepsi sesudah melakukan hubungan seksual yang teratur selama 12 bulan tanpa menggunakan kontrasepsi.  Dari penyebab infertilitas tersebut 20% adalah disebabkan oleh faktor pria yaitu tentu saja ada masalah sperma.  Sperma  yang normal terdiri dari  tiga bagian yaitu : kepala, leher , dan bagian ekor. Apabila ada kelainan dari salah satu bagian tersebut maka akan membuat kondisi sperma tersebut menjadi tidak normal. Maka untuk menganalisis sperma perlu dilihat parameter jumlah, motilitas (pergerakan sperma) dan morfologi (bentuk sperma).  Menurut standar WHO 2010 sperma yang normal bila jumlahnya  ≥ 15 juta /ml atau ≥ 39 juta /ejakulasi, dengan motilitas (A+B) ≥ 40% dan morfologi normal ≥  4%.
 

Didasarkan pada pemilihan morfologi sperma yang bergerak, maka ditemukan prosedur ICSI (intacytoplasmic sperm injection) yang menjadi terapi yang efektif bagi infertilitas pria. ICSI adalah suatu prosedur yang paling umum digunakan dengan masalah infertilitas pada laki-laki, dimana satu sperma diinjeksi langsung kedalam oosit/sel telur untuk mencapai fertilisasi. Telur yang terfertilisasi kemudian diamati melalui sejumlah pembelahan sebelum ditransfer kembali kedalam rahim wanita. Keberhasilan ICSI sangat tergantung dari beberapa faktor seperti usia sel telur, kemampuan tenaga medis melakukan ICSI dan terpenting kualitas dari satu sperma.. Morfologi sperma, terutama bagian kepala berisi nukleus/inti sel yang digunakan untuk memilih sperma yang terbaik untuk diinjeksikan. Sebagai contoh  sperma dengan kelainan kepala yang sangat berat seperti berbentuk pin, amorph, meruncing, bulat, dan multinukleasi dapat mengurangi angka implantasi dan reproduksi dan sebaiknya tidak diinjeksikan. Mikroinjeksi sperma kedalam oosit dengan pemilihan sperma yang mempunyai morfologi bentuk nukleus yang normal dan akan menghasilkan angka kehamilan yang tinggi secara bermakna dibandingkan hanya konventional IVF.

Melakukan evaluasi morfologi sperma mempunyai peranan diagnostik yang sangat penting bagi para embriologis untuk dapat memilih sperma yang motile/bergerak. Penampakan sperma yang normal yang diinjeksikan kedalam oosit dibawah mikroskop dengan pembesaran 200/400x  belum menjamin bahwa sperma tersebut secara morfologi normal. Sperma yang tampak permukaaannya normal pada pembesaran rendah mungkin dapat mempunyai kelainan organel halus didalam kepala sperma  atau permukaan sperma yang dapat mencegah fertilisasi. Dan hal ini memerlukan pembesaran paling sedikit 6000x. 

Bukti penelitian yang dilakukan Miller 2001, De Vost 2003 mengatakan bahwa sperma yang dilakukan ICSI sedikitnya mengandung 30-40% nukleus yang terdapat vakuole. Sperma dengan vakuole ini pada awalnya akan mengalami fertilisasi yang normal, perkembangan kualitas embrio yang sempurna dan dapat implantasi, tetapi ketahanan embrio pada stadium selanjutnya adalah berkurang ( rendahnya kehamilan dan tingginya angka keguguran).
Metode baru dengan menggunakan teknik pembesaran 6000 x untuk memeriksa morfologi sperma yang disebut (motile sperm organellar morphology examination, MSOME) telah dipublikasi oleh Bartoov tahun 2002 dan telah menunjukan hubungan yang positif dan bermakna antara morfologi spermatozoa yang normal dan angka fertilisasi setelah ICSI. Bartoov menggunakan  kriteria MSOME untuk memilih satu spermatozoa yang motile dengan teknik yang disebut intracytoplasmic morphologically selected sperm injection, IMSI pada pasien dengan paling sedikit terdapat kegagalan IVF berulang. Pasien yang menjalani prosedur IMSI mendapatkan angka kehamilan yang meningkat secara bermakna dan menurunnya angka keguguran. 

Teknik IMSI ini  sangat direkomendasikan bagi pasien yang mengalami kegagalan IVF berulang (lebih dari dua kali), hamil dan mengalami keguguran berulang, atau dengan kondisi sperma yang sangat jelek seperti oligoasthenoteratozoospermia berat, kasus cryptozoospermia, atau azoospermia non obstruktif.
Penelitian  yang dilakukan oleh monica Antinori dari Roma tahun 2008 pada kasus dengan prognosis kehamilan yang jelek dengan kegagalan IVF lebih dari 2 kali tampak bahwa angka kehamilan lebih tinggi pada pasien yang dilakukan IMSI 29,9% berbanding 12,9% pada yang dilakukan ICSI, p=0,017 dan angka keguguran lebih rendah pada IMSI 17,4% berbanding 37,5% pada ICSI.

                              Tabel 1. Perbandingan angka kehamilan dan keguguran antara grup ICSI dan IMSI pada  
                                              pasien dengan kegagalan IVF berulang
                                                           Dikutip : www.rbmonline.com/Article/3069, 2007

Penelitian lain dilakukan oleh Edson Borges, Brazil 2010 dengan meta-analisis menyatakan tidak ada perbedaan bermakna dalam angka fertilisasi antara grup ICSI dan IMSI, namun angka kehamilan dan implantasi adalah 3 kali lebih tinggi pada IMSI dibandingkan ICSI, juga angka keguguran 40% lebih rendah pada IMSI dibandingkan ICSI. Majalah The Times mengatakan ulasan tentang IMSI bahwa pemeriksaan sperma dibawah pemeriksaan dengan prosedur IMSI mempunyai lima kali kekuatan daripada pemeriksaan mikroskop yang standar yaitu sperma yang terlihat terbaik yang diinjeksikan kedalam sel telur. 

Dan memang prosedur IMSI ini memerlukan peralatan dan pelatihan yang khusus. Walaupun begitu Morula IVF Jakarta sudah menerapkan prosedur IMSI ini dan sebagai yang pertama di Indonesia. Semoga dengan metode ini diharapkan dapat memperbaiki angka kehamilan terutama bagi pasangan dengan masalah sperma yang sangat berat dan mempunyai prognosis yang buruk. Hasil ini menawarkan suatu perspektif baru untuk perbaikan teknik reproduksi berbantu dimasa depan. 

Penulis:
dr. Arie A. Polim, SpOG (K)
Staf Pengajar FK Atmajaya Jakarta
Praktisi Medis Morula IVF Jakarta