Benarkah
50 % Wanita Menderita Nyeri Haid Setiap
Bulannya?
Beberapa wanita mengalami
nyeri di sekitar perut saat datang bulan (menstruasi). Ada yang mengalami hanya
di tahun-tahun pertama menstruasi dan ada juga yang berlangsung terus-menerus.
Bahkan beberapa diantaranya harus berjuang menghadapi rasa sakit yang hebat
selama berhari-hari. Wajarkah? Simak penjelasan berikut.
Nyeri haid atau disebut dismenorea
adalah rasa sakit yang timbul setiap kali menstruasi. Rasa sakit ini biasanya
dirasakan di perut bagian bawah atau daerah sekitar rahim yang biasa timbul
pada hari pertama hingga hari ketiga dalam siklus menstruasi.
Bentuk nyeri yang dirasakan oleh
penderita cenderung berbeda. Dapat berupa nyeri yang sifatnya ringan ataupun
berat dan mengganggu. “Sekitar 50 persen wanita mengalami nyeri saat datang
bulan. Karena itu penting untuk mengenali jenis nyerinya.
Secara teori, terdapat dua tipe
dismenorea. Yang pertama adalah dismenorea primer. Dismenorea ini terjadi karena kontraksi otot
rahim saat menstruasi akibat hormon prostaglandin. “Biasanya tipe primer ini
timbul pada remaja putri dimana mereka baru pertama kali mengalami menstruasi.
Beberapa penelitian menunjukkan wanita
yang menderita dismenorea primer menghasilkan hormon prostaglandin dalam jumlah
berlebihan saat menstruasi atau dapat dikatakan mereka sangat sensitif terhadap
hormon ini.
Meski begitu, dismenorea primer
merupakan hal yang wajar dan bukan tergolong dalam permasalahan kesehatan yang
serius. Dismenorea tipe ini timbul sejak
menstruasi pertama dan akan pulih sendiri seiring berjalannya waktu dan
stabilnya hormon tubuh “Nyeri pada dismenorea primer akan hilang seiring dengan
bertambahnya usia, atau lebih kurang 2-3 tahun terhitung sejak menstruasi
pertama.
Dismenorea primer dapat disebabkan oleh
faktor psikologis maupun fisiologis. “Secara psikologis biasanya berkaitan
dengan tingkat emosional remaja putri yang labil ketika baru mengalami
menstruasi” ujarnya.
Sementara secara fisiologis, lebih
kepada terjadinya kontraksi uterus yang berlebihan akibat endometrium dalam
fase sekresi memproduksi prostaglandin. Hal ini menyebabkan kontraksi otot
polos yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Gejala dismenorea primer ataupun
sekunder tidak jauh berbeda. Keduanya akan menimbulkan nyeri pada perut bagian
bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan
seperti kram yang hilang-timbul atau bisa juga terus menerus ada. Nyeri kerap
timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi dan mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh
sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai
terjadi muntah.
Endometriosis & Dismenorea sekunder
Berbeda dengan dismenorea tipe primer,
kasus dismenorea sekunder -dimana nyeri menstruasi terjadi diakibatkan kelainan
ginekologik, misalnya endometriosis, fibroids, adenomyosis, dan dapat terjadi
pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea. Juga terkait dengan
beberapa panyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar
kandungan, dan sebagainya.
“Dari beberapa pasien yang mengalami
gejala dismenorea sekunder, endometriosis adalah kasus yang paling sering
dijumpai,” katanya. Endometriosis adalah keadaan di mana endometrium berada di
luar tempat yang seharusnya, yaitu di dalam rongga rahim. Gejalanya terkadang
disertai mual, muntah, sakit kepala, serta nyeri hebat di bagian bawah perut.
Biasanya muncul 1-2 hari menjelang haid dan dapat berlanjut selama haid.
“Jika tidak segera ditangani,
dismenorea sekunder dapat merusak alat-alat reproduksi wanita dan mempengaruhi
kesuburan,” kata dr. Arie. Karenanya, jika wanita mengalami rasa nyeri haid
yang hebat dan menggangu aktifitas, baiknya segera periksakan diri Anda ke
dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mengetahui penyebab sebenarnya.
Tabel 1. Perbandingan Dismenorea
Primer dan Sekunder
Dismenorea
Primer
|
Dismenorea
Sekunder
|
|
·
Usia lebih muda
|
·
Usia lebih Tua
|
|
·
Timbul di masa awal menstruasi
|
·
Waktu timbulnya tidak dapat diprediksi
|
|
·
Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Terkadang disertai sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih
|
·
Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Terkadang disertai sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih
|
|
·
Tidak berpengaruh terhadap kesuburan
|
·
Mempengaruhi kesuburan
|
|
·
Nyeri cenderung ringan
|
·
Nyeri berat hingga mengganggu aktifitas
|
|
·
Terjadi pada nulipara
|
·
Tidak berhubungan dengan paritas
|
Jangan Anggap Sepele Dismenorea
Masih banyak wanita yang menganggap
nyeri haid sebagai hal yang sepele. Padahal jika cepat dideteksi, pengobatan
dan terapinya pun akan lebih mudah. “Ada beberapa pasien saya yang datang dan
mengeluhkan nyeri yang sudah menahun. Ketika diperiksa, ternyata kondisinya
sudah tidak bisa dikatakan ringan lagi,” kata dr. Arie.
Dr. Arie menambahkan, obat-obat nyeri
haid yang kebanyakan beredar di pasaran cenderung bersifat simtomatik.
Karenanya, bagi yang mengalami nyeri berkelanjutan, khususnya wanita dewasa
berusia matang, segera konsultasikan ke dokter. “Perlu dilakukan pengecekan
untuk memastikan apakah masuk dalam tipe primer atau sekunder, karena
pengobatan untuk dismenore tergantung kepada penyebabnya,” katanya.
Dismenorea biasanya diatasi dengan
pemberian obat anti peradangan non-steroid. Daya kerja obat akan lebih efektif
jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan hingga hari 1-2
menstruasi. Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari,
bisa diberikan obat yang mengandung estrogen dan progesteron.
Pemberian jenis obat tersebut
dimaksudkan untuk mencegah ovulasi dan mengurangi pembentukan prostaglandin,
yang akan mengurangi nyeri saat menstruasi. “Perlu diingat, pemilihan jenis
obat dan dosis penggunaannya harus berdasarkan petunjuk dokter,” pesan dr.
Arie.
Bagi pasien dismenorea sekunder yang
mengarah pada endometriosis, pengobatan akan disesuaikan dengan usia, gejala,
dan kondisi si penderita. Penanganan dismenorea sekunder jauh lebih sulit dan
mungkin untuk dilakukan tindakan pembedahan. Pada kasus yang berat, atau tidak
dapat disembuhkan, pengangkatan rahim perlu dilakukan.
Akan tetapi, bila penderita
endometriosis segera hamil, gejala endometriosis bisa berkurang. Tak heran jika
banyak dokter menganjurkan wanita yang telah menikah untuk segera hamil.
Selain pemberian obat-obatan, istirahat
yang cukup dan olah raga secara teratur juga baik untuk meredam gejala
dismenorea.
Bahkan beberapa penelitian yang
dilakukan di Korea Selatan menunjukkan terapi akupunktur juga cukup efektif
untuk mengatasi nyeri haid. Ada beberapa indikasi bahwa akupunktur dapat
mengatasi kram perut, meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Dr. Arie A.Polim , D.MAS, SpOG
(K)
Konsultan Fertilitas Reproduksi
=======================================================================