Penuaan adalah suatu kondisi biologik yang normal terjadi pada setiap manusia baik laki-laki maupun wanita. Dengan adanya keberhasilan pembangunan nasional pada umumnya termasuk pembangunan bidang kesehatan pada khususnya, telah menyebabkan terjadinya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat yang antara lain terlihat dengan makin meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia. Data tahun 1980 menunjukkan UHH perempuan 54 tahun dan laki-laki 50,9 tahun, tetapi pada tahun 2002 UHH tertinggi diperkirakan 74,17 tahun di propinsi DI Yogyakarta dan terendah di Nusa Tenggara Barat 63, 88 tahun.
Pada laki-laki yang mengalami proses penuaan ini karena pengaruh berbagai macam faktor yang juga sering dialami wanita menopause. Para ilmuwan sejak tahun 1940 menamai kumpulan gejala, tanda, dan keluhan tersebut dengan nama andropause/ADAM (Androgen deficiency in Aging Male) / PADAM ( Partial Androgen Deficiency in Aging Male). Istilah andropause memang masih merupakan sesuatu yang sering diperdebatkan. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti laki-laki dan pause yang berarti penghentian atau stop. Sehingga artinya akan menjadi suatu peristiwa yang dialami oleh laki-laki, berupa terhentinya atau berkurangnya fungsi fisiologis akibat berkurangnya atau menurunnya produksi hormon serta faktor-faktor yang dimiliki oleh laki-laki. Pada laki-laki istilah andropause masih merupakan sesuatu hal yang baru dan belum terbiasa didengar, bahkan sebagian orang meragukan adanya keluhan yang timbul berkaitan dengan penurunan fungsi hormon androgen pada laki-laki berusia diatas 55 tahun. Namun beberapa peneliti telah mendapatkan bahwa penurunan fungsi hormon testosteron pada laki-laki berusia diatas 55 tahun akan memberikan gejala sindroma andropause, dimana gejala yang dominan antara lain berkurangnya keinginan seksual (libido), penurunan potensi seksual (terutama kemampuan ereksi), mudah lelah, kurang energi, lesu, gangguan tidur, dsbnya.
Data di negara barat menyebutkan bahwa sindroma ini terjadi pada sekitar 15% pria berumur 40-60 tahun atau bahkan dimulai
sekitar umur tigapuluhan (< 5%). Perubahan kadar hormon androgen yang terjadi pada laki-laki di usia lanjut tersebut sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain dan biasanya tidak sampai menimbulkan gejala penekanan yang berat. Pada beberapa laki-laki sehat usia lanjut memang terbukti adanya kegagalan buah zakar (testis) primer yang diperlihatkan dengan adanya penurunan produksi sperma sehari-hari, penurunan kadar hormon testosteron total dan testosteron bebas. Hanya sebagian kecil laki-laki sehat usia lanjut yang memperlihatkan kegagalan buah zakar (testis) dengan jelas, dengan gambaran klinis sindroma andropause yang nyata disertai dengan kadar hormon testosteron total dibawah nilai normal.
Pasien dengan gejala tersebut diatas bila tidak ada kontraindikasi dapat diberikan substitusi hormon testosteron. Tetapi dalam praktek sehari-hari kita lebih sering berhadapan dengan pasien laki-laki usia lanjut yang mempunyai kadar hormon testosteron sedikit menurun dengan gejala klinis yang tidak khas seperti : disfungsi ereksi, penurunan libido, kelemahan otot. Disini kita masih ragu dalam memberikan terapi substitusi hormon pengganti mengingat belum ada bukti yang cukup.
Sejalan dengan proses menua, laki-laki usia lanjut juga memperlihatkan penurunan masa tulang dan otot beserta kekuatannya. Penurunan masa densitas tulang tersebut merupakan predisposisi bagi laki-laki usia lanjut untuk menderita osteoporosis dan patah tulang (fraktur). Selain itu pada proses menua terjadi perubahan distribusi lemak tubuh dari perifer ke sentral serta terjadinya peningkatan prevalensi BPH ( Benign Prostatic Hyperplasia) atau pembesaran kelenjar prostat jinak yang disertai keluhan-keluhan saluran kencing bagian bawah. Data di Indonesia mengenai andropause belum ada tetapi diduga faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya andropause ini lebih banyak (termasuk lingkungan, stres, makanan, temperatur, dll) maka sangat mungkin sindroma andropause ini lebih banyak di Indonesia dibanding negara Barat.
Terdapat sepuluh kriteria yang dibuat oleh bagian Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas St. Louis atau disebut sebagai kriteria ADAM (androgen deficiency in aging men), yang dapat dipergunakan untuk menilai apakah seseorang sudah menderita andropause atau belum, yaitu :
1. Penurunan keinginan seksual (libido)
2. Kekurangan energi atau tenaga
3. Penurunan kekuatan atau ketahanan otot
4. Penurunan tinggi badan
5. Berkurangnya ”kenyamanan dan kesenangan” hidup
6. Sedih dan atau sering marah tanpa sebab yang jelas
7. Berkurangnya kemampuan ereksi
8. Kemunduran kemampuan olahraga
9. Tertidur setelah makan malam
10. Penurunan kemampuan bekerja
Bila menjawab ya untuk pertanyaan 1 dan 7, maka ada kemungkinan menderita andropause /ADAM atau bila menjawab ya untuk empat pertanyaan atau lebih, selain pertanyaan 1 dan 7, juga dinyatakan positif dan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan hormonal. Kuesioner ini telah diujicobakan pada 316 laki-laki berusia 40-62 tahun dan dikorelasikan dengan kadar testosteron bioactive serum dan mempunyai sensitivitas 88% dan spesifisitas 60%. Perlu juga diingat bahwa biasanya pada usia lanjut, terdapat penyakit penyerta lain seperti kencing manis (diabetes melitus), hipertensi, obesitas (kegemukan), dislipidemia (peningkatan kadar lemak darah), hiperurisemia (peningkatan kadar asam urat darah), stroke, penyakit jantung koroner, patah tulang (osteoporosis). Semua ini tentu saja membutuhkan penatalaksanaan klinis tersendiri.
Telah banyak dilakukan penelitian terhadap terapi hormonal untuk mengatasi keluhan andropause pada laki-laki. Obat yang diberikan adalah hormon androgen untuk dapat memperbaiki keluhan-keluhan psikologis yang timbul pada laki-laki di usia andropause. Androgen juga dapat memperbaiki kemampuan seksual dari laki-laki tersebut dan sekaligus mencegah terjadinya penyakit jantung koroner dan keropos tulang. Sebelum mendapat terapi androgen tentu saja dibutuhkan suatu penapisan lebih dahulu, apakah betul betul sudah memerlukan tambahan hormon androgen atau belum yaitu dengan terlebih dahulu memeriksa kadar hormon testosteron darah. Karena beberapa orang ketakutan terhadap terapi hormonal androgen pada laki-laki karena adanya kemungkinan timbulnya kanker prostat. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan deteksi dini dengan pemeriksaan kadar Prostate Specific Antigen (PSA) dan perabaan melalui dubur (rectal examination) oleh dokter. Selain terapi hormonal androgen juga dibutuhkan pemberian multivitamin, seperti vitamin B,C, dan E dimana bermanfaat sebagai antioksidan, juga vitamin D3 yang dapat berperan terhadap pencegahan osteoporosis. Jangan lupa pemberian kalsium dengan dosis 800-1000 mg per hari dimana untuk pencegahan osteoporosis. Karena itu berkonsultasilah dengan dokter anda untuk mengetahui apakah yang anda alami sudah mengalami sindroma andropause atau belum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar