Adaanya perubahan paradigma didalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas atau keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan dan hak reproduksi manusia khususnya wanita dimana wanita dipandang sebagai subyek. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yg sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial secara utuh dan tidak semata mata hanya bebas dari penyakit dan kelemahan dalam semua aspek yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistim reproduksi.
Setiap wanita mempunyai hak-hak reproduksi yang harus dihormati yaitu : hak kehidupan seksual yang aman, hak kemampuan bereproduksi dan bebas memutuskan kapan dan bagaimana harus dilakukan, hak pilihan didalam mengatur kesuburan dengan tidak melawan hukum, hak mendapatkan informasi tentang keamanan, efektifitas, kemampuan dan penerimaan metode KB bagi suami –isteri, hak menerima pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai sehingga wanita dapat aman untuk hamil dan melahirkan anak serta mendapat kesempatan yang baik untuk membuat bayi sehat. Ada banyak cakupan yang terdapat didalam kesehatan reproduksi diantaranya : masalah keluarga berencana (KB), masalah safe motherhood, masalah perawatan bayi baru lahir, masalah pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran (abortus), masalah penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/ AIDS, masalah pencegahan dan penanganan subfertilitas, masalah kesehatan reproduksi remaja , dan masalah kesehatan lanjut usia (lansia).
Diantara cakupan tersebut yang banyak dibicarakan dikalangan remaja dan dewasa muda adalah masalah penyakit menular seksual (PMS) atau sekarang lebih dikenal dengan infeksi menular seksual(IMS) dan bagaimana menjaga organ reproduksi yang aman. Sebanyak 60% dari infeksi menular seksual ini terjadi pada usia < 25 tahun dan 30% terjadi pada usia < 20 tahun. Antara usia 14-19 tahun lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki (2:1). Infeksi menular seksual adalah infeksi pada alat kelamin/genetalia yang penularan utamanya terjadi melalui hubungan seksual baik melaui vagina, oral, dan anal. Beberapa IMS ini juga dapat ditularkan melalui jarum suntik bersama dari orang yang terinfeksi, bayi yang dilahirkan, maupun pada saat menyusui. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri (chancroid, Chlamydia, Gonorhoe, syphilis, granuloma inguinale), virus (HIV, HPV, virus hepatitis B, herpes simplex, molluscum contagiosum), jamur (tinea cruris, candidiasis), parasit (scabies), ataupun protozoa (trikomoniasis). IMS ini dapat ditularkan melalui membran mukus penis, vulva, rektum, saluran urin, mulut, tenggorokan, saluran pernapasan dan mata, juga infeksi dapat ditularkan lewat tinja (feces), urin, dan keringat. Banyak infeksi yang mudah ditularkan dari mulut ke genital atau dari genital kemulut dan menjadi lebih berat lagi dtularkan dari mulut ke mulut. Pada HIV cairan dari genital lebih banyak ditularkan oleh pathogen daripada melalui air liur (saliva). Beberapa infeksi menular seksual yang ditularkan lewat kontak kulit langsung adalah seperti herpes simplex dan HPV (human papiloma virus) virus penyebab kanker servix. Pada HIV dapat ditularkan dari ibu kepada bayi yang dikandungnya pada saat kehamilan, persalinan , dan pada saat menyusui.
Adapun gejala dari IMS pada wanita adalah keluarnya cairan (vaginal discharge) yang tidak normal disertai bau, rasa panas dan gatal, luka (ulkus) pada alat kelamin bagian luar, rasa sakit pada saat berhubungan seksual atau rasa sakit pada perut bagian bawah yang tidak biasanya terjadi serta adanya pembengkakan kelenjar dan adanya daging tumbuh pada alat kelamin bagian luar. Sedangkan gejalanya pada laki-laki adalah rasa sakit/panas saat buang air kecil dan terdapat cairan berupa nanah atau bahkan luka di saluran kencing ,adanya pembengkakan pada buah zakar, adanya pembengkakan kelenjar pada selangkangan paha, timbulnya luka lecet, borok, bintik-bintik atau benjolan pada kemaluan. Penyakit menular seksual ini jika tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi seperti peradangan panggul yang menahun/ kronis, terjadinya kemandulan baik bagi pria karena gangguan transport sperma dan pada wanita karena tersumbatnya saluran telur akibat peradangan, gangguan kehamilan (hamil diluar kandungan), kematian janin, cacat bawaan, risiko terjadinya keganasan ( kanker leher rahim) karena terjadinya infeksi oleh virus human papiloma (HPV), serta memudahkan terjadinya penularan infeksi HIV karena terdapatnya luka atau peradangan pada alat kelamin.
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual ini yaitu mereka yang berganti-ganti pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, mereka yang setia dengan hanya satu pasangan tetapi pasangannya memiliki lebih dari satu pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, anak dari ibu yang terkena IMS baik pada saat dalam kandungan, saat melahirkan ataupun pada saat menyusui. Ada macam-macam PMS dintaranya Gonore (GO), sifilis atau raja singa, cancroids, klamidia, kondiloma atau jengger ayam, herpes kelamin, kutu kelamin, trikomonas, hepatitis B/C, dan HIV/AIDS. Adapun faktor - faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran dari PMS ini karena adanya perubahan demografi ( peledakan jumlah penduduk/ pengungsi, mobilitas masyarakat), adanya perubahan sosial, ekonomi, kelalaian dalam memberikan pendidikan seks, kurangnya informasi tentang HIV/AIDS/IMS, perasaan aman karena kemudahan untuk mendapatkan obat dan alat kontrasepsi, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, adanya banyak kasus yang tidak memberikan gejala.
Bagaimana untuk mencegah terhadap IMS ini yaitu : dengan penyuluhan akan bahaya dan komplikasi dikemudian hari dari infeksi menular seksual ini, perilaku seks yang aman ( tidak berganti ganti pasangan), kalau curiga salah satu pasangan risiko tinggi untuk IMS maka pakailah alat kondom, bagi wanita disarankan untuk dilakukan tes pap’s smear untuk deteksi dini kanker servix dan vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker servix dan vaksinasi hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis dimana sebaiknya dilakukan sebelum melakukan kontak seksual, pencegahan melalui penularan melalui darah yaitu skrining seluruh darah donor, produk darah dan organ transplantasi, mengurangi jumlah transfusi darah yang tidak perlu, mereka yang berisiko jangan mendonorkan darah (“donor deferal”), lakukan desinfeksi alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian, Untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak yaitu apabila ibu menderita HIV positif sebaiknya tidak hamil, pemberian obat antiretroviral kepada ibu HIV positif dan bayinya, lakukan sectio cesaria, dan kalau mampu membeli susu dan tersedia air bersih jangan berikan ASI. Idealnya jalan yang paling efektif untuk mencegah penularan adalah dengan menghindari kontak dengan bagian tubuh atau cairan dari orang yang terinfeksi serta kedua pasangan harus melakukan tes terhadap IMS ini sebelum melakukan hubungan seks.
Bagaimana untuk menegakkan diagnosisnya yaitu tentu saja dengan melakukan tes terhadap sifilis, trikomonas, gonorhoe,hepes, hepatitis, Chlamydia, dan HIV. Tidak ada satupun tes yang dapat dilakukan untuk semua penyakit. Tidak semua IMS ini bersifat simtomatik (memberikan gejala) dan gejala mungkin tidak tampak segera setelah terinfeksi. Terdapat keadan yang disebut window period (masa jendela) setelah infeksi awal dan tes IMS ini akan menjadi negatif, selama masa ini mungkin infeksi telah menyebar. Dan lamanya periode ini tergantung dari jenis penyakitnya dan tes yang digunakan. Pengobatannya tentu saja tergantung kuman penyebab dapat diberikan antibiotik, antiprotozoa, antijamur, antiparasit, maupun antiretroviral dan yang terpenting pengobatan tetap harus dilakukan terhadap partner seksualnya terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Dan yang terpenting dari semuanya adalah berperilaku seks yang aman untuk menciptakan kualitas terutama wanita yang lebih baik.
Setiap wanita mempunyai hak-hak reproduksi yang harus dihormati yaitu : hak kehidupan seksual yang aman, hak kemampuan bereproduksi dan bebas memutuskan kapan dan bagaimana harus dilakukan, hak pilihan didalam mengatur kesuburan dengan tidak melawan hukum, hak mendapatkan informasi tentang keamanan, efektifitas, kemampuan dan penerimaan metode KB bagi suami –isteri, hak menerima pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai sehingga wanita dapat aman untuk hamil dan melahirkan anak serta mendapat kesempatan yang baik untuk membuat bayi sehat. Ada banyak cakupan yang terdapat didalam kesehatan reproduksi diantaranya : masalah keluarga berencana (KB), masalah safe motherhood, masalah perawatan bayi baru lahir, masalah pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran (abortus), masalah penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/ AIDS, masalah pencegahan dan penanganan subfertilitas, masalah kesehatan reproduksi remaja , dan masalah kesehatan lanjut usia (lansia).
Diantara cakupan tersebut yang banyak dibicarakan dikalangan remaja dan dewasa muda adalah masalah penyakit menular seksual (PMS) atau sekarang lebih dikenal dengan infeksi menular seksual(IMS) dan bagaimana menjaga organ reproduksi yang aman. Sebanyak 60% dari infeksi menular seksual ini terjadi pada usia < 25 tahun dan 30% terjadi pada usia < 20 tahun. Antara usia 14-19 tahun lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki (2:1). Infeksi menular seksual adalah infeksi pada alat kelamin/genetalia yang penularan utamanya terjadi melalui hubungan seksual baik melaui vagina, oral, dan anal. Beberapa IMS ini juga dapat ditularkan melalui jarum suntik bersama dari orang yang terinfeksi, bayi yang dilahirkan, maupun pada saat menyusui. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri (chancroid, Chlamydia, Gonorhoe, syphilis, granuloma inguinale), virus (HIV, HPV, virus hepatitis B, herpes simplex, molluscum contagiosum), jamur (tinea cruris, candidiasis), parasit (scabies), ataupun protozoa (trikomoniasis). IMS ini dapat ditularkan melalui membran mukus penis, vulva, rektum, saluran urin, mulut, tenggorokan, saluran pernapasan dan mata, juga infeksi dapat ditularkan lewat tinja (feces), urin, dan keringat. Banyak infeksi yang mudah ditularkan dari mulut ke genital atau dari genital kemulut dan menjadi lebih berat lagi dtularkan dari mulut ke mulut. Pada HIV cairan dari genital lebih banyak ditularkan oleh pathogen daripada melalui air liur (saliva). Beberapa infeksi menular seksual yang ditularkan lewat kontak kulit langsung adalah seperti herpes simplex dan HPV (human papiloma virus) virus penyebab kanker servix. Pada HIV dapat ditularkan dari ibu kepada bayi yang dikandungnya pada saat kehamilan, persalinan , dan pada saat menyusui.
Adapun gejala dari IMS pada wanita adalah keluarnya cairan (vaginal discharge) yang tidak normal disertai bau, rasa panas dan gatal, luka (ulkus) pada alat kelamin bagian luar, rasa sakit pada saat berhubungan seksual atau rasa sakit pada perut bagian bawah yang tidak biasanya terjadi serta adanya pembengkakan kelenjar dan adanya daging tumbuh pada alat kelamin bagian luar. Sedangkan gejalanya pada laki-laki adalah rasa sakit/panas saat buang air kecil dan terdapat cairan berupa nanah atau bahkan luka di saluran kencing ,adanya pembengkakan pada buah zakar, adanya pembengkakan kelenjar pada selangkangan paha, timbulnya luka lecet, borok, bintik-bintik atau benjolan pada kemaluan. Penyakit menular seksual ini jika tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi seperti peradangan panggul yang menahun/ kronis, terjadinya kemandulan baik bagi pria karena gangguan transport sperma dan pada wanita karena tersumbatnya saluran telur akibat peradangan, gangguan kehamilan (hamil diluar kandungan), kematian janin, cacat bawaan, risiko terjadinya keganasan ( kanker leher rahim) karena terjadinya infeksi oleh virus human papiloma (HPV), serta memudahkan terjadinya penularan infeksi HIV karena terdapatnya luka atau peradangan pada alat kelamin.
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual ini yaitu mereka yang berganti-ganti pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, mereka yang setia dengan hanya satu pasangan tetapi pasangannya memiliki lebih dari satu pasangan seksual tanpa mempraktekan seks yang aman, anak dari ibu yang terkena IMS baik pada saat dalam kandungan, saat melahirkan ataupun pada saat menyusui. Ada macam-macam PMS dintaranya Gonore (GO), sifilis atau raja singa, cancroids, klamidia, kondiloma atau jengger ayam, herpes kelamin, kutu kelamin, trikomonas, hepatitis B/C, dan HIV/AIDS. Adapun faktor - faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran dari PMS ini karena adanya perubahan demografi ( peledakan jumlah penduduk/ pengungsi, mobilitas masyarakat), adanya perubahan sosial, ekonomi, kelalaian dalam memberikan pendidikan seks, kurangnya informasi tentang HIV/AIDS/IMS, perasaan aman karena kemudahan untuk mendapatkan obat dan alat kontrasepsi, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, adanya banyak kasus yang tidak memberikan gejala.
Bagaimana untuk mencegah terhadap IMS ini yaitu : dengan penyuluhan akan bahaya dan komplikasi dikemudian hari dari infeksi menular seksual ini, perilaku seks yang aman ( tidak berganti ganti pasangan), kalau curiga salah satu pasangan risiko tinggi untuk IMS maka pakailah alat kondom, bagi wanita disarankan untuk dilakukan tes pap’s smear untuk deteksi dini kanker servix dan vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker servix dan vaksinasi hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis dimana sebaiknya dilakukan sebelum melakukan kontak seksual, pencegahan melalui penularan melalui darah yaitu skrining seluruh darah donor, produk darah dan organ transplantasi, mengurangi jumlah transfusi darah yang tidak perlu, mereka yang berisiko jangan mendonorkan darah (“donor deferal”), lakukan desinfeksi alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian, Untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak yaitu apabila ibu menderita HIV positif sebaiknya tidak hamil, pemberian obat antiretroviral kepada ibu HIV positif dan bayinya, lakukan sectio cesaria, dan kalau mampu membeli susu dan tersedia air bersih jangan berikan ASI. Idealnya jalan yang paling efektif untuk mencegah penularan adalah dengan menghindari kontak dengan bagian tubuh atau cairan dari orang yang terinfeksi serta kedua pasangan harus melakukan tes terhadap IMS ini sebelum melakukan hubungan seks.
Bagaimana untuk menegakkan diagnosisnya yaitu tentu saja dengan melakukan tes terhadap sifilis, trikomonas, gonorhoe,hepes, hepatitis, Chlamydia, dan HIV. Tidak ada satupun tes yang dapat dilakukan untuk semua penyakit. Tidak semua IMS ini bersifat simtomatik (memberikan gejala) dan gejala mungkin tidak tampak segera setelah terinfeksi. Terdapat keadan yang disebut window period (masa jendela) setelah infeksi awal dan tes IMS ini akan menjadi negatif, selama masa ini mungkin infeksi telah menyebar. Dan lamanya periode ini tergantung dari jenis penyakitnya dan tes yang digunakan. Pengobatannya tentu saja tergantung kuman penyebab dapat diberikan antibiotik, antiprotozoa, antijamur, antiparasit, maupun antiretroviral dan yang terpenting pengobatan tetap harus dilakukan terhadap partner seksualnya terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Dan yang terpenting dari semuanya adalah berperilaku seks yang aman untuk menciptakan kualitas terutama wanita yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar