Mengapa Wanita Gemuk sulit untuk menjadi Hamil?
Masalah kegemukan atau yang sering disebut obesitas memang sangat menakutkan bagi wanita karena tak sedikit penyakit yang dapat disebabkan karena obesitas ini mulai dari penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, stroke, kecing manis (diabetes mellitus) dan masalah reproduksi seperti sulit hamil, mudah keguguran dan yang pasti hubungan seks menjadi kurang harmonis. Batasan untuk berat badan yang ideal adalah apabila rasio berat badan (kg) dibandingkan tinggi badan kwadrat (m2) lebih kecil sama dengan 25 kg/m2, apabila lebih dari 30 kg/m2 dikategorikan sebagai obesitas dan diantaranya disebut kelebihan berat badan (overweight), karena itu ukurlah sekarang berat badan masing-masing untuk mengetahui apakah saya termasuk golongan obesitas atau ideal.
Kalau pada pria kegemukan selain menimbulkan gangguan seks secara mekanis juga dapat mengganggu hormon seks, sedangkan pada wanita kegemukan dapat menimbulkan peningkatan hormon seks yaitu hormon testosteron yang justru merugikan terhadap kesuburannya dan mengganggu kecantikan karena akan timbulnya banyak jerawat dan tumbuh rambut yang berlebihan ditempat yang tidak semestinya baik dimuka ataupun dibadan. Ada dua mekanisme yang dapat menjelaskan hal tersebut yaitu yang pertama pada wanita obesitas akan terjadi peningkatan kadar leptin yang terdapat didalam lemak yang dapat mempengaruhi peningkatan rasio perbandingan hormon yang dihasilkan dibatang otak (LH/FSH) sehingga terjadi peningkatan kadar hormon testosterone. Mekanisme kedua dimana pada wanita obesitas 70% akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi hormon insulin (meningkatkan risiko penyakit kencing manis) sehingga protein yang dapat mengikat hormon testosteron akan menurun sehingga akibatnya kedua mekanisme tadi akan meningkatkan kadar hormon testosterone yang bebas didalam darah.
Hormon testosterone seharusnya rendah kadarnya pada wanita dibandingkan pria. Tapi karena obesitas maka kadarnya akan meningkat sehingga akan mengganggu pematangan sel telur dalam indung telur. Akibatnya, sel telur gagal matang dan tidak keluar dari indung telur (ovulasi). Akibatnya yang dapat kita duga bahwa wanita akan mengeluh bahwa menstruasinya sangat tidak teratur, dapat perdarahan yang banyak, atau bahkan tidak datang menstruasinya. Sel-sel telur yang tidak matang ini dapat menimbulkan bentukan-bentukan kista kecil-kecil dan jumlahnya banyak didalam indung telur yang dikenal sebagai polikistik ovarium (PCO) dan apabila disertai dengan gejala klinik haid tidak berovulasi dan kelebihan hormon androgen (hiperandrogen) maka disebut sebagai polikistik ovarium syndrome (PCOS). Terdapat 50% pasien dengan PCOS adalah wanita dengan obesitas. Kegagalan ovulasi pada wanita dengan PCOS yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan lapisan endometrium (dinding uterus bagian dalam) akibat paparan estrogen terus menerus yang dihasilkan dari hormon testosterone tanpa diimbangi oleh stimulasi hormon progesteron (hormon yang dihasilkan oleh indung telur setelah ovulasi terjadi) sehingga berisiko terjadinya kanker endometrium.
Apakah dapat diobati?. Tentu saja dapat, tapi tergantung dari tujuan utama pengobatan pasien. Ada pasien yang lebih mementingkan faktor kesuburannya karena sulit mendapatkan keturunan, sementara yang lain lebih mementingkan keteraturan siklus menstruasi, atau menghilangkan jerawat dan tumbuhnya rambut yang berlebihan. Jika fertilitas menjadi tujuan utama maka pengobatan ditujukan supaya pasien dapat berovulasi kembali yaitu dengan obat-obat yang dapat menginduksi ovulasi. Obat-0batan yang meningkatkan sensitivitas hormon insulin seperti pada pasien dengan resisten insulin juga dapat membuat ovulasi lebih teratur. Penggunaan pil kontrasepsi yang khusus secara umum dapat mengurangi jerawat dan tumbuhnya rambut yang berlebihan, menimbulkan siklus menstruasi yang teratur, mencegah kanker endometrium dan dapat untuk mencegah kehamilan. Tetapi dari semuanya itu yang terpenting adalah diet dan olahraga teratur yang dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki frekwensi ovulasi, meningkatkan fertilitas, menurunkan risiko penyakit kencing manis dan menurunkan kadar hormon testosteron. Peningkatan aktivitas fisik merupakan langkah yang penting untuk program penurunan berat badan sehingga kembalinya kesuburan dapat tercapai.
Karena itu konsultasikan segera sebelum terlambat apabila anda mengalami gangguan pola menstruasi yang berkepanjangan untuk mencegah implikasi jangka panjang yang dapat terjadi.
Penulis
Dr. Arie A. PoLim, SpOG (K), D.MAS
Spesialis Kebidanan & Kandungan
(konsultan Fertilitas Endokrin Reproduksi)
Masalah kegemukan atau yang sering disebut obesitas memang sangat menakutkan bagi wanita karena tak sedikit penyakit yang dapat disebabkan karena obesitas ini mulai dari penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, stroke, kecing manis (diabetes mellitus) dan masalah reproduksi seperti sulit hamil, mudah keguguran dan yang pasti hubungan seks menjadi kurang harmonis. Batasan untuk berat badan yang ideal adalah apabila rasio berat badan (kg) dibandingkan tinggi badan kwadrat (m2) lebih kecil sama dengan 25 kg/m2, apabila lebih dari 30 kg/m2 dikategorikan sebagai obesitas dan diantaranya disebut kelebihan berat badan (overweight), karena itu ukurlah sekarang berat badan masing-masing untuk mengetahui apakah saya termasuk golongan obesitas atau ideal.
Kalau pada pria kegemukan selain menimbulkan gangguan seks secara mekanis juga dapat mengganggu hormon seks, sedangkan pada wanita kegemukan dapat menimbulkan peningkatan hormon seks yaitu hormon testosteron yang justru merugikan terhadap kesuburannya dan mengganggu kecantikan karena akan timbulnya banyak jerawat dan tumbuh rambut yang berlebihan ditempat yang tidak semestinya baik dimuka ataupun dibadan. Ada dua mekanisme yang dapat menjelaskan hal tersebut yaitu yang pertama pada wanita obesitas akan terjadi peningkatan kadar leptin yang terdapat didalam lemak yang dapat mempengaruhi peningkatan rasio perbandingan hormon yang dihasilkan dibatang otak (LH/FSH) sehingga terjadi peningkatan kadar hormon testosterone. Mekanisme kedua dimana pada wanita obesitas 70% akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi hormon insulin (meningkatkan risiko penyakit kencing manis) sehingga protein yang dapat mengikat hormon testosteron akan menurun sehingga akibatnya kedua mekanisme tadi akan meningkatkan kadar hormon testosterone yang bebas didalam darah.
Hormon testosterone seharusnya rendah kadarnya pada wanita dibandingkan pria. Tapi karena obesitas maka kadarnya akan meningkat sehingga akan mengganggu pematangan sel telur dalam indung telur. Akibatnya, sel telur gagal matang dan tidak keluar dari indung telur (ovulasi). Akibatnya yang dapat kita duga bahwa wanita akan mengeluh bahwa menstruasinya sangat tidak teratur, dapat perdarahan yang banyak, atau bahkan tidak datang menstruasinya. Sel-sel telur yang tidak matang ini dapat menimbulkan bentukan-bentukan kista kecil-kecil dan jumlahnya banyak didalam indung telur yang dikenal sebagai polikistik ovarium (PCO) dan apabila disertai dengan gejala klinik haid tidak berovulasi dan kelebihan hormon androgen (hiperandrogen) maka disebut sebagai polikistik ovarium syndrome (PCOS). Terdapat 50% pasien dengan PCOS adalah wanita dengan obesitas. Kegagalan ovulasi pada wanita dengan PCOS yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan lapisan endometrium (dinding uterus bagian dalam) akibat paparan estrogen terus menerus yang dihasilkan dari hormon testosterone tanpa diimbangi oleh stimulasi hormon progesteron (hormon yang dihasilkan oleh indung telur setelah ovulasi terjadi) sehingga berisiko terjadinya kanker endometrium.
Apakah dapat diobati?. Tentu saja dapat, tapi tergantung dari tujuan utama pengobatan pasien. Ada pasien yang lebih mementingkan faktor kesuburannya karena sulit mendapatkan keturunan, sementara yang lain lebih mementingkan keteraturan siklus menstruasi, atau menghilangkan jerawat dan tumbuhnya rambut yang berlebihan. Jika fertilitas menjadi tujuan utama maka pengobatan ditujukan supaya pasien dapat berovulasi kembali yaitu dengan obat-obat yang dapat menginduksi ovulasi. Obat-0batan yang meningkatkan sensitivitas hormon insulin seperti pada pasien dengan resisten insulin juga dapat membuat ovulasi lebih teratur. Penggunaan pil kontrasepsi yang khusus secara umum dapat mengurangi jerawat dan tumbuhnya rambut yang berlebihan, menimbulkan siklus menstruasi yang teratur, mencegah kanker endometrium dan dapat untuk mencegah kehamilan. Tetapi dari semuanya itu yang terpenting adalah diet dan olahraga teratur yang dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki frekwensi ovulasi, meningkatkan fertilitas, menurunkan risiko penyakit kencing manis dan menurunkan kadar hormon testosteron. Peningkatan aktivitas fisik merupakan langkah yang penting untuk program penurunan berat badan sehingga kembalinya kesuburan dapat tercapai.
Karena itu konsultasikan segera sebelum terlambat apabila anda mengalami gangguan pola menstruasi yang berkepanjangan untuk mencegah implikasi jangka panjang yang dapat terjadi.
Penulis
Dr. Arie A. PoLim, SpOG (K), D.MAS
Spesialis Kebidanan & Kandungan
(konsultan Fertilitas Endokrin Reproduksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar